Mohon tunggu...
Bagaskite
Bagaskite Mohon Tunggu... Mahasiswa - Random Writer

Hanya pemulung kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Lebih dari Fenomena Munculnya Bidadari Komplek

12 April 2021   21:52 Diperbarui: 12 April 2021   22:20 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marhabaan ya Ramadhan, alhamdulillah, kita (yang baca tulisan ini) dipertemukan kembali oleh Allah dengan bulan suci penuh ampunan, Ramadhan 1443 Hijriah, bulan puasa kedua di musim pandemi.

Saya sebenarnya mau mengakui Ramadhan kali ini menghadirkan nuansa yang sama sekali berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ini kali pertama saya melewati malam perdana Ramadhan tidak bersama keluarga di desa. Ya, karena sesuatu hal yang mengharuskan saya tidak meninggalkan kos-kosan untuk Ramadhan 2021 masehi kali ini.

Tadi saya menyempatkan tarawih perdana di Masjid dekat kos-kosan. Saya memang datang lebih telat, tepatnya saat iqamah dikumandangkan saya baru bergegas berjalan kaki menuju masjid dari kos-kosan yang berjarak kurang lebih 200 meter. Tiba-tiba, MasyaAllah, masjid sangat ramai.

Alhamdulillah saya sempatkan ambil wudhu di kos-kosan, jadinya sesampainya di masjid saya langsung melepas sandal dan bergabung bersama jamaah shalat Isya di shaf kelima dengan agak berdesak-desakan, maklum karena telat. Biasanya, shalat wajib lima waktu di masjid itu tidak lebih dari dua shaf jamaahnya. Ini tiba-tiba membludak jadi lima shaf jamaah ikhwan. Dibalik pembatas, ada jamaah akhwat yang jumlah shafnya tidak sempat saya hitung. 

Tiba-tiba saja terbesit di benak saya, oh inilah berkah Ramadhan. Tarawih perdana tadi jadi momen saya untuk membetulkan opini umum yang mengatakan bahwa jamaah masjid akan membludak. Tapi, lazimnya, hanya di 10 hari pertama, hmmm. Di samping itu, ada berbagai lelucon lain yang dilontarkan. Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya Ramadhan itu adalah saat-saat bidadari komplek bermunculan ke permukaan, eh maksudnya masjid. Haha...

Tapi jujur lho, bukan hanya 'kaum betina' yang sebelumnya jarang muncul tiba-tiba berduyun-duyun ke masjid. Kaum Ikhwan pun ada yang sebelumnya saya tidak pernah kenal dan tidak pernah saya lihat sama sekali ketika salat jumat, tiba-tiba jadi jamaah shalat isya+tarawih yang khusyuk di samping kanan saya. Dengan tampilan yang, masyaAllah, sangat 'akhi-akhi'. Rambut tergerai panjang ditutup peci, baju koko, serta sarung wad*mor melilit setengah badan bagian bawahnya.

Saya tiba-tiba mikir, oh inilah berkah Ramadhan. Wallahu alam, saya tidak berpikiran bahwa ikhwan-ikhwan yang baru terlihat itu tidak pernah shalat berjamaah di masjid sebelumnya, baik itu shalat wajib lima waktu sehari atau shalat jumat (Ya Allah, selamatkan hamba dari prasangka buruk). Karena saya juga salatnya tidak menjadi jamaah tetap di masjid itu.

Lebih dari itu, saya justru bersyukur, Ramadhan lebih dari sekadar momentum fenomena munculnya bidadari komplek, tapi juga menyelamatkan manusia dari alienasi dan keterasingan, yang sebelumnya tidak saling kenal, menjadi tahu, mungkin akan menjadi ajang silaturahmi mencari kenalan baru. Alienasi yang disebabkan pandemi karena berbagai himbauan untuk tidak terlalu banyak keluar rumah, rupanya tidak dapat membendung hasrat muslim yang rindu akan Ramadhan nan suci.

Selain menyelamatkan manusia dari alienasi, tarawih perdana ini, jujur saja, mengonfirmasi kembali bahwa jumlah Muslim masih mendominasi, khususnya saya berbicara dalam lingkup komplek dimana kos-kosan saya berada, karena mayoritas komplek kos-kosan saya (Gang Lampung 2, Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumsel tepatnya depan kampus Unsri Indralaya) sekilas nampak didominasi oleh mahasiswa nonmuslim karena kebanyakan merupakan mahasiswa perantau Batak (mohon maaf bukan bermaksud rasisme). 

Setiap azan maghrib dikumandangkan di masjid sini, seringkali suara lolongan anjing peliharaan kawan-kawan non muslim kami, atau kadang suara nyanyian mereka selalu menyertai.  Tapi malam ini saya bersyukur sekali dapat melihat antusiasme muslim/muslimah menyambut bulan penuh ampunan kali ini. Syiar Islam masih tetap dapat menjadi kekuatan dahsyat bahkan dalam lingkup komplek.


Marhaban ya Ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah andalan lainnya selama Ramadhan untuk seluruh Muslim di muka bumi, dimanapun kalian berada. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun