Sehubungan dengan isu food vlogger yang ramai, sebenarnya ada satu hal yang menurut saya sangat menarik untuk dibahas. Saya ingin bertanya, apakah kita semua menyadari apa yang menjadi permasalahan utama dari kasus ini?
Setiap saya meninjau akun dan konten yang dibuat, kok bisa-bisanya menemukan "harta karun" di setiap makanan yang dibuat? Mirisnya lagi, mengincar tempat makan yang skalanya tuh menengah. Bukan yang penghasilan besar, tapi juga bukan yang sedang merintis. Walaupun memang ada juga yang baru merintis, tapi pada akhirnya dibuat merintih akibat review dari oknum food vlogger ini.
Sebenarnya oknumnya tidak hanya satu orang, tetapi ada banyak yang mengikuti gayanya dan ketika kasusnya sampai ke ranah hukum, akhirnya algoritma konten makanan seperti itu sudah mulai menurun.
"Harta karun" ini tentu saja bukan sembarangan harta karun. Ketika harta karun ini ditemukan di makanan, apalagi disajikan di sebuah restoran yang mewah, tentu bisa menjadi masalah besar. Kira-kira dari pengantar di atas dan istilah harta karun ini, ada yang sudah menduga "harta karun" yang saya maksud itu apa?
Betul, "harta karun" ini adalah benda atau saya menyebutnya sebagai kontaminan yang ada di makanan atau minuman. Contohnya, serangga, rambut, kuku, serpihan besi, serpihan plastik, dan benda asing lainnya yang berdampak negatif untuk tubuh.
Hal yang menarik dari fenomena ini adalah bangkitnya kesadaran mengenai pentingnya penerapan hygiene pada sektor perhotelan, restoran, hingga rumah makan kecil. Meskipun kesadaran ini muncul karena adanya "ancaman" takut digoreng oleh food vlogger dengan tipikal mencari-cari kesalahan di makanan yang sudah kita sajikan.
Izinkan saya memberikan kesadaran mengenai pentingnya praktik kebersihan yang bisa kita terapkan dalam lingkungan pekerjaan kita, meskipun saya meyakini bahwa artikel ini belum tentu sempurna, tapi saya percaya bahwa informasi penting ini akan berguna untuk kita para calon pengusaha industri makanan dan minuman ke depannya.
1. Pemilihan Lokasi Usaha yang Aman
Jauh dari Sumber Kontaminan
Ya, ini adalah hal yang paling utama untuk kita pikirkan bersama, bahwa usahakan tempat usaha kita jauh dari sumber kontaminan. Contohnya? Jauh dari banjir, tempat pembuangan sampah, dan polusi udara seperti asap, debu jalanan, atau bahkan ada bau yang tidak sedap akibat ada pembuangan limbah di sekitarnya. Alasannya, tentu saja supaya tempat usaha kita tidak menjadi sarang tikus, lalat, kecoa, atau ada debu yang dapat mengganggu kesehatan kita.
Bayangkan kalau misalnya kita tidak sadar bahwa dapur kita tiba-tiba ada bau dari air kencing tikus, bau kecoa, atau ada telur lalat di makanan yang kita hidangkan, tentu sudah menjadi kartu merah untuk usaha kita. Bisa-bisa ditutup oleh Dinas Kesehatan setempat, karena kita dikenal jorok dan tidak mempedulikan kesehatan konsumen.
Menelusuri Sejarah Tempat Usaha
Jika kita ingin menyewa atau membeli tempat usaha, kita perlu mencari tahu sejarah penggunaan bangunan tersebut. Jika tempat yang kita pilih dulunya adalah bekas pabrik kimia, bengkel, atau gudang barang logam, kemungkinan besar ada risiko kontaminasi bahan kimia atau logam berat yang bisa berbahaya bagi produk makanan yang kita olah.