Sebelum saya menulis artikel ini, saya sedang menikmati nasi kotak dengan hidangan ayam bakar, sambal terasi, kerupuk, dan lalapan. Saat saya menikmati hidangan ini dan sedang mengambil irisan ketimun, tiba-tiba rasa penasaran saya tergelitik, kenapa kalau mau makan ketimun itu ujungnya harus dibuang?
Kita pasti pernah melihat kebiasaan ini, bahkan secara tidak sadar, saya sendiri juga melakukannya. Setiap kali akan makan mentimun, kita memotong bagian ujungnya dan sering kali menggosok-gosok potongan tersebut hingga keluar buih putih.Â
Tetapi, pernahkah kita bertanya-tanya, kenapa kebiasaan ini dilakukan? Apakah ini cuma tradisi turun-temurun, ada alasan ilmiah di baliknya, atau hanya mitos belaka?
Nah, kali ini, saya mengajak untuk mari kita bahas secara tuntas alasan ilmiah, tradisi, dan mitos yang melingkupi kebiasaan membuang ujung mentimun. Ternyata ada penjelasan ilmiahnya.
Menghilangkan Rasa Pahit
Salah satu alasan paling umum kenapa kita membuang ujung mentimun adalah untuk menghilangkan rasa pahit. Bagian ujung mentimun, terutama di dekat tangkainya, mengandung senyawa kimia yang disebut cucurbitacin.
Cucurbitacin adalah senyawa alami yang ditemukan pada tanaman dari keluarga Cucurbitaceae, seperti mentimun, pare, dan labu. Senyawa inilah yang bertanggung jawab atas rasa pahit pada mentimun. Bagian ujung mentimun, terutama yang terhubung dengan tangkai, memiliki konsentrasi cucurbitacin yang lebih tinggi dibandingkan bagian tengahnya.
Beberapa orang percaya bahwa dengan menggosok-gosokkan ujung mentimun yang telah dipotong, kita bisa mengeluarkan cucurbitacin tersebut. Proses ini menghasilkan buih putih yang dianggap sebagai "lendir pahit" yang keluar dari mentimun.Â
Secara ilmiah, buih ini sebenarnya adalah campuran air, pati, dan senyawa tanaman (termasuk cucurbitacin). Meskipun aktivitas ini tidak sepenuhnya menghilangkan cucurbitacin, proses ini membantu mengurangi rasa pahit, terutama di bagian kulit mentimun.
Meskipun demikian, terkadang saya tetap melahap mentimun tersebut tanpa membuang ujungnya. Apakah pahit? Saya tidak merasakannya sama sekali dan tetap dapat dinikmati.Â
Tidak terasa berlendir, hanya mentimun yang renyah dan berair. Tapi bisa jadi juga, ambang batas rasa pahit saya sudah tinggi jadi saraf perasa pahit lidah saya sudah tidak merasakan rasa pahitnya? Atau pahitnya kehidupan sudah melebihi rasa pahit dari mentimun? Hahaha hanya intermezo saja.