Oke, kali ini saya ingin membahas sebuah fakta yang saya rasa hampir tidak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang. Rasa penasaran saya tergelitik ketika saya menyadari bahwa kebanyakan makanan yang lezat pasti memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi. Baik itu makanan berat atau hanya sekedar kudapan biasa. Kenapa ya bisa begitu?
Kalau begitu, berarti ada faktor lain yang bisa mempengaruhi nafsu makan selain karena rasa dan aroma dong? Seperti yang sudah saya tulis di artikel saya mengenai alasan rasa dan aroma dapat mempengaruhi nafsu makan, kok lemak ini bisa mempengaruhi juga?
Kenyataannya, kalau kita menlihat masakan yang penuh dengan lemak, terkadang rasa nafsu makan kita bisa menurun karena melihatnya saja, kita bisa kepikiran seperti "duh, banyak banget lemaknya, gak sehat nih" atau tiba-tiba terasa mual. Jadi, terkadang makanan yang lemaknya terlihat banyak itu bisa memberikan reaksi yang berlawanan pada nafsu makan kita.
Sekarang ketika saya sudah menulis seperti itu, artinya jawaban saya sudah terjawab kalau lemak memang bisa mempengaruhi nafsu makan. Berarti artikel saya sudah selesai ya? Hahaha, tentu tidak, saya tetap ingin berbagi kalau bisa saya bisa menyampaikan akar penyebab kenapa lemak ini bisa mempengaruhi nafsu makan selain karena faktor rasa dan aroma.
Oke, sekarang izinkan saya menjelaskan secara sederhana, kenapa lemak ini dapat mempengaruhi nafsu makan kita, baik dalam hal positif dan negatif.
Mari kita mulai pembahasannya
Oke, seperti yang kita ketahui, bahwa rasa dan aroma dari makanan itu dapat mepengaruhi nafsu makan kita. Mekanismenya, aroma akan muncul terlebih dahulu untuk menarik perhatian kita melalui indera penciuman.
 Aroma rempah salah satunya, memang mampu meningkatkan nafsu makan karena dapat menginisiasi otak untuk memproduksi hormon grelin di saluran pencernaan yang mempengaruhi rasa lapar. Jadi. kalau kita tiba-tiba merasa "ngidam" itu artinya hormon grelin sedang diproduksi, sehingga kita mulai merasa lapar.
Selanjutnya dari aroma itu akan mempengaruhi persepsi kita terhadap "rasa" dari makanan itu meskipun kita belum menikmati makanan itu. Seperti contohnya, ketika kita melewati warung makan soto betawi, pasti ada aroma khas dari soto tersebut.Â
Ketika kita menghirup aroma soto itu, hal yang muncul pertama kali adalah kita mengenal bahwa aroma itu adalah soto. Lalu, ketika kita mampir ternyata benar bahwa itu adalah soto betawi dan ketika melihat tukang soto itu sedang membuat sotonya, kita sudah dapat membayangkan rasanya seperti "wah, gurih banget nih sotonya".
Secara tidak langsung, kita sudah bisa menilai bahwa soto ini rasanya gurih. Lalu selanjutnya asumsi tersebut dinyatakan ketika kita menikmati soto betawi tersebut. Selesai dicicip, ternyata benar bahwa soto betawinya terasa gurih dan nikmat.Â