Mohon tunggu...
bhaskara cipta
bhaskara cipta Mohon Tunggu... -

my name is brc

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah Kembalilah

12 Juni 2013   07:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:10 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Air mata ku tak pernah berhenti ketika melihat ayah terkulai lemas di tempat tidur. Pandangan ayah pun selalu kosong, seakan banyak sekali yang dipikirkan olehnya. Kondisinya makin hari makin memburuk dan tak punya semangat hidup lagi. Aku merindukan ayahku yang dulu,ia begitu hebat memimpin perusahaan yang ia bangun dari awal.

Hari ini tepat 6 bulan dimana ayah selalu saja dengan posisinya yang termagu dalam diam. Ya 6 bulan yang lalu banyak sekali kejadian yang tak terduga. Ia ditipu oleh rekan bisnisnya yang mengaku hasil investasi akan membuat perusahaan menjadi lebih meningkat. Tapi sayang ayahku terlalu percaya dengan rekanbisnisnya itu.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya kami mengalami kebangkrutan. Jauh sebelum ini kami mengalami bangkrut yang jauh lebih menyedihkan dari sekarang. Saat itu ayah bisa menghadapi dan membangun semuanya dari awal. Mengapa sekarang ayah tidak bisa melakukannya?

Jelas saja dikala itu ibu masih ada. Ibu yang selalu setia mendampingi ayah dalam keadaan susah ataupun senang. Ibu selalu menyamangati dan membantu ayah. Mungkin ayah merasa kehilangan sosok ibuyang selalu setia kepadanya.

“Ayah, dengarkan aku yah. Aku ingin ayah bangkit seperti dulu. Masih ada aku yang setia menemanimu, masih ada aku yang setia menjagamu, aku aka menyemangati ayah seperti ibu dulu.Kita bisa menghadapi semua ini dan kita bisa memulai semua dari awal lagi. Ayah harus sembuh, kalau ayah sembuh kita bisa membalas perlakuan rekan bisnis ayah itu.”, tangisku.

Ayah tak menjawab, ya ayah selalu saja diam dan tak pernah menghiraukan apa yang aku bicarakan. Pandangan ayah masih saja kosong dan pikirannya masih saja terpaku sama semua masalah itu.Aku tak tau apa yang harus aku lakukan lagi. Segala upaya telah kulakukan tapi semua itu tak pernah membuat ayah bangkit.

“Tuhan, aku tau masalah yang dihadapi oleh ayah sungguh berat. Tapi tak bisakah engkau membuat ayahku sadar bahwa ia masih bisa menjalani hidup meskipun dengan keadaan kami yang seperti ini?”, doaku.

doa yang dapat aku panjatkan dan aku berharap ayah dapat kembali seperti sedia kala. Penderitaan yang ku rasakan sebenernya bukan karena kami jatuh miskin. Tapi keadaan ayah yang seperti ini membuatku semakin bersedih.


mohon maaf jika masih ada kekurangan, manusia tidak luput dari kesalahannya :D

Salam UG

Nama : Bhaskara Rindra Cipta

Kelas : 1IA15

NPM : 51412446

Tema : Manusia Dan penderitaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun