| Dunia sebesar genggaman tangan |
Saya selalu menyukai menulis tentang orang tua. Banyak sekali kisah dari mereka yang bisa saya bawa pulang dengan senyuman. Bagi saya, orang tua itu hampir tidak mengenal batas dalam dirinya. Semua, yang menurutnya pantas, dilakukan. Para pemuda, termasuk saya, masih mempunyai alasan takut menyakiti perasaan orang lain.
Contoh kecil, masih banyak pemuda yang masih memberikan sedikit uangnya untuk para pengemis, padahal sudah banyak bertebaran banyak informasi tentang berapa income yang mereka dapatkan hanya dengan bermodalkan wajah memelas dan duduk nyantai. Saya tidak menyalahkan mereka yang berniat berbagi rezeki.
Yang ingin saya coba perbaiki adalah caranya. Teman Mama saya memberikan rezekinya dalam bentuk buku dan alat tulis. Contoh yang lain adalah memberikan contekan kepada teman. Inilah yang kurang dimiliki saya sekarang, kurang tegaan, padahal saya yakin, yang seharusnya saya tidak lakukan adalah hal benar.
Sangat menyenangkan membaca tentang perbedaan zaman sekarang dan zaman dahulu di Kompasiana. Saya bisa mendapati betapa rumitnya membuat skripsi zaman dulu. Aduuh, saya tidak sanggup membayangkan apabila Om Larry Page dan Om Sergey Brin tidak menemukan Google. Zaman sekarang banyak sekali orang yang sangat pedih menjelang Ujian Nasional.
Mungkin belum diceritakan saja oleh orangtuanya bagaimana proses pembelajaran mereka dulu. Generasi milenial sudah sungguh amat diuntungkan dengan banyak macam teknologi. Dunia sudah sekecil genggaman tangan, dengan smartphones. Hal inilah yang mendasari saya membuat artikel ini. Banyak sekali fasilitas teknologi sebagai tempat penyaluran daya cipta.
| YouTuber : Hidup Dari Karya |
Ada jenis pekerjaan baru yang hampir pasti akan digagal pahami oleh orang tua, YouTuber. 3 mantan karyawan PayPal menciptakan YouTube pada 2005 dan Google dengan jeli mengakusisi pada tahun 2006. Pada saat diambil alih oleh Google, YouTube mulai meledak. Banyak pengguna yang semula hanya bertujuan untuk berbagi video menarik, menjadi sebagai ‘sarang’ mencari penghasilan. Yang dibutuhkan untuk menjadi YouTuber profesional adalah konten yang menarik. Daya cipta.
Selanjutnya, diperlukan editing skill yang, minimal, tidak terlalu buruk. Setelah mengunggahnya ke situs YouTube, jumlah viewrs dan jumlah iklan yang tayang akan menjadi sumber rupiah yang YouTuber raup. Singkatnya, pengguna YouTube dapat dengan mudah menyalurkan idenya untuk dijadikan penghasilan. Selayaknya dunia maya yang tanpa batas dan tidak mengenal perbedaan, semua golongan dapat memilih jalan hidupnya sebagai YouTuber. Ada salah satu YouTuber Asal Papua Selatan, Epenkah Cupentoh, yang lucunya minta ampun. Jika memilik waktu luang, silakan menikmati video lucunya. Ini terbaik! Pandji Pragiwaksono mengatakan, “tidak ada yang lebih baik daripada menjamin gue bisa hidup dari karya gue”.
| Hidup Dari Lucu |
Menjadi pribadi yang memilik kemampuan vokal yang baik nan lucu pun sudah cukup jadi alasan meraih pundi-pundi, dengan menggeluti bidang pelawak tunggal. Para komika, sebutan untuk pelaku pelawak tunggal, sedang benar-benar diapresiasi rakyat Indonesia. Rating dan share stasiun televisi menjadi mendadak lebih tinggi dari biasanya apabila menayangkan mereka. Kita semua sadar, kita butuh hiburan, tertawa dan melupakan sedikit tuntutan hidup.