Mohon tunggu...
Bagas MuhammadBrilliant
Bagas MuhammadBrilliant Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Kampus Sumedang

Sedang menjalankan pendidikan di UPI Kampus Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Proses Amalgamasi di Kabupaten Pangandaran

15 Maret 2023   23:24 Diperbarui: 15 Maret 2023   23:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Proses amalgamasi di kabupaten pangandaran

Pangandaran merupakan kabupaten yang berada di selatan jawa barat dengan kekayaan alam yang besar diberkahi dengan garis pantai yang Panjang beserta kekayaan hayati yang hidup didalamnya tak heran banyak para pengunjung yang datang baik dari jawa barat bahkan mancan negara,bahkan pada 2019 total jumlahnya mencapai 3,2 juta pengunjung dengn jumlah pengunjung warga negara asing sebesar 15 ribu orang,dari hal-hal tersebut mendorong berbagai budaya Bersatu baik sunda,jawa serta budaya asing.

Menjadi kajian yang menarik dimana terdapat fakta bahwa banyak warga negara asing yang menetap di pangandaran,hal tersebut didorong oleh keindahan alam yang indah serta kearifan budaya yang ramah dari hal-hal tersebut membuat para pelancong luar tertarik dan lebih memilih untuk tinggal lebih lama melalui perizinan  Kartu Izin Tinggal Tetap (Kitap) dan Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas) dengan masa durasi yang telah di tentukan dan dapat diperpanjang namun terdapat dari para turis asing juga yang lebih memilih untuk merubah warga negara mereka menjadi warga negara Indonesia, salah satu faktor yang membut mereka memutuskan untuk pindah adalah ikatan pernikahan dengan warga setempat yang kemudian menjadi sebuah keluarga yang utuh dengan anak-anak mereka.

Hal tersebut dapat dilihat pada data dari badan keimigrasian Tasikmalaya yang mengatakan bahwa pada rentan waktu dua bulan tahun 2017 terdapat 45 laporan pernikahan warga negara asing (WNA) dengan warga negara Indonesia (WNI) yang kemungkinan angka ini kedepannya akan terus bertambah.

Sebagian besar dari mereka menetap di daerah-daerah pesisir pangan daran seperti di kecamatan pangandaran,Parigi dan cijulang,salah satu contoh warga tersebut adalah seorang Wanita Bernama ringrit beliau merupakan warga negara swedia yang awalnya hanya melakukan kunjungan wisata di pangandaran selama dua minggu yang kemudian bertemua sang suamia,setelah merasakan kenyamanan dan keindahan pangandaran beliau memutuskan Kembali untuk menikah dan meneruskan kehidupan di pangandaran sejak tahun 1995 hingga kini yang kemudian dikaruniai beberapa anak dan hidup Bahagia di pangandaran.

Dari kisah tersebut serta kisah-kisah yang lain yang serupa,dapat kita dapati motif kenyamanan untuk hidup serta kebebasan untuk mengexplor hobi lah yang menjadi alasan mereka untuk hidup di pangandaran,kebudayaan setempat mengajarkan akan kebersamaan dan keramahan antar sesama serta pelajaran untuk hidup harmonis dengan alam,menghabiskan detik demi detik dengan penuh rasa syukur, berserah dan melepaskan diri pada Ilahi.

Dari proses tersebut tak hanya membuat para wisatawan asing yang menerima perubahan dalam berbagai hal namun juga para warga setempat juga merasakannya, seperti olahraga surfing di daerah batu karas yang merupakan olahraga yang dijarkan langsung oleh para turis luar yang kemudian merambah luas,selain itu kita bisa lihat beberapa homestay yang ada di pangandaran yang mendapat transfer inovasi langsung dari para warga asing yang menetap.mereka mengajarkan hal-hal yang terdapat di negara mereka kemudian dapat di adopsi di daerah setempat,namun juga terdapat beberapa buday negatif dari mereka yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat setempat yang tersebar seperti konsumsi alkohol,pengguanaan pakaian yang tidak sesuai, penanaman ganja serta hal-hal lain.

Dapat kita ambil pelajaran dimana peran pariwisata mampu untuk mentranfer kebudayaan yang beragam menjadi suatu kesatuan yang indah,terjadi proses akulturasi dan asimilasi dari kebudayaan yang ada, terdapat nilai-nilai yang diajarkan pada setiap masyarakat yang datang,selain itu dari hal tersebut terjadi pernikahan dari insan-insan yang berbeda yang akhirnya dapat beranak pinak dan menjadi kesatuan yang Saling bergandengan,tak heran dari proses amalgamasi ini menjadi ciri dari globalisasi dimana dunia dapat saling terhubung dan tak ada Batasan yang membatasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun