Berlibur adalah dambaan setiap orang. Baik muda, tua maupun manula pasti membutuhkan yang namanya liburan. Memaknai liburan itupun bisa diartikan bermacam-macam, ada yang memaknai liburan sebagai hari tenang atas kesibukan selama satu pekan. Adapun yang mengartikan bahwa liburan adalah kebutuhan yang harus dijalani setiap orang guna mengembalikan semangat dalam menjalani keseharian.
Lantas seperti apa liburan sebenarnya? Jawabannya adalah kalian sendiri, mau mengartikan seperti apapun, liburan adalah hal menyenangkan. Kesenangan ini perlahan menghilang secara drastis akibat satu wabah yang melanda setiap negeri. Itulah Corona, momok menakutkan sekaligus menghancurkan segala macam kesenangan seseorang.
Kalian pasti  mengenal apa itu Corona. Wabah ini menjadi bahasan baru selama berbulan-bulan. Hingga saat ini pun masih belum ada kejelasan bagaimana cara mengatasi wabah tersebut.Â
Hampir 5 bulan wabah ini melanda Indonesia, dengan jumlah kasus yang terus meningkat tiap harinya. Terdapat dampak baik dan buruk atas ulah yang mereka lakukan.
Misalnya untuk pariwisata dalam negeri. Berbicara wisata sama halnya dengan corona, tiap hari tempat wisata bukannya membaik malah membludak dikunjungi wisatawan. Imbasnya, infrastruktur hancur begitupun ekosistem yang ada. Satu demi satu menghilang atas ulah para pengunjung tanpa mempedulikan nasib mereka.
Memang bagus buat para pengelola wiata, mereka memperoleh pendapatan terus menerus karena banyaknya pengunjung yang berdatangan. Namun tugas mereka juga semakin berat untuk merawat seluruh fasilitas yang mulai rusak. Fasilitas masih bisa diperbaiki, lantas bagaimana mengenai ekosistem yang punah? Hancur? Hilang? Lebih-lebih terlihat kumuh ketika dipandang.
SUPPORT MY CHANNEL ON YOUTUBE
Beruntungnya wabah ini betah bertahan hingga berbulan-bulan lamanya. Bayangkan, selama 5 bulan tempat wisata nihil didatangi seseorang. Ini adalah sisi baik dari tempat wisata untuk memulihkan kembali seperti kondisi normal. Kita haruslah sadar, bahwa campur tangan manusia telah mengubah segalanya.
Meskipun perbuatan tersebut terbilang sepele, namun jika terus berulang akan berdampak buruk pula terhadap lingkungan. Satu dua orang masih bisa dimaklumi, bagaimana jadinya ketika 100 orang perhari melakukan kesalahan serupa. Tidak heran jika ekosistem perlahan hilang, karena merasa tidak nyaman lagi ketika hidup disana.
Pengelola wisata gunung semeru adalah contoh baik yang patut diapresiasi. Terdapat bulan-bulan tertentu dimana pengunjung tidak diperbolehkan masuk.Â
Ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali ekosistem yang rusak dijamah manusia. Indahnya jika seluruh pariwisata menerapkan kebijakan semacam itu. Baik itu wisata alam ataupun wisata keluarga cipataan seseorang.