Mohon tunggu...
Bagas Alif Iskandar
Bagas Alif Iskandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Spanyol vs Inggris: Siapa yang Lebih Pintar dalam Membagi Kue Kekuasaan?

26 November 2024   15:21 Diperbarui: 26 November 2024   15:23 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Spanyol vs Inggris (sumber: dreamina)

Pernahkah kamu membagi kue dengan teman? Agar semua bagian sama rata dan tidak merasa ada yang dirugikan, tentu butuh perthitungan yang matang. Begitupula dengan negara. Membagi kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah, juga membutuhkan perhitungan yang matang. Spanyol dan Inggris, dua negara dengan sejarah panjang, memiliki cara yang berbeda dalam membagi ‘kue kekuasaan’. Siapa yang lebih pintar? Mari kita simak.

Desentralisasi menurut Hendratno (2009) merupakan proses pembagian kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Jadi, bukan hanya pemerintah pusat yang memegang kendali penuh, tetapi pemerintah daerah juga diberi wewenang untuk mengurus wilayahnya masing-masing. Spanyol, dengan keragaman budaya dan sejarahnya yang panjang, memiliki desentralisasi yang cukup tinggi, memberikan otonomi yang luas kepada wilayah-wilayahnya seperti Catalonia, Basque Country, dan Galicia. Sementara itu, Inggris, dengan sejarah sentralisasi yang kuat, secara bertahap melakukan desentralisasi, namun tetap mempertahankan kekuasaan pusat yang signifikan.

Lalu, mengapa cara mereka membagi kekuasaan berbeda?

Jawabannya terletak pada sejarah, budaya, dan kondisi politik masing-masing negara. Spanyol, dengan sejarah kerajaan-kerajaan kecil yang kemudian bersatu, memiliki tradisi kuat dalam otonomi regional. Sementara itu, Inggris, dengan sejarah kerajaan yang terpusat, memiliki tradisi sentralisasi yang lebih kuat. Dalam aspek budaya, Spanyol memiliki keragaman budaya yang tinggi, dengan bahasa, adat istiadat, dan sejarah yang berbeda-beda di setiap wilayah, menjadi faktor yang mendorong semangat otonomi dan keinginan untuk mempertahankan identitas lokal. Sedangkan Inggris, memiliki budaya yang lebih homogen, dengan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, tentu lebih memudahkan penerapan kebijakan yang seragam di seluruh wilayah. Dalam aspek politik yang terkahir, Spanyol, setelah perang saudara, negara ini mengalami transisi menuju demokrasi. Desentralisasi menjadi salah satu cara untuk mengakomodasi tuntutan otonomi dari berbagai wilayah. Sedangkan, desentralisasi di Inggris lebih didorong oleh keinginan untuk memberikan lebih banyak kekuasaan kepada wilayah-wilayah yang merasa terpinggirkan, seperti Skotlandia dan Wales.

Untuk pemahaman lebih mendalam, mari kita bedah perbedaan ini.

Tingkat Otonomi: Spanyol memberikan otonomi yang sangat luas kepada komunitas otonomnya, termasuk dalam hal pajak, pendidikan, dan bahasa. Sebagai contoh, Catalonia memiliki parlemen sendiri dan bahasa resmi yang berbeda dengan bahasa Spanyol. Di sisi lain, otonomi di Inggris lebih terbatas, terutama di bidang ekonomi. Skotlandia, misalnya, memiliki parlemen sendiri, tetapi kebijakan moneter dan fiskal masih berada di bawah kendali pemerintah pusat Inggris.

Struktur Pemerintahan: Spanyol memiliki struktur pemerintahan yang lebih kompleks dengan banyak tingkatan, mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah lokal. Inggris memiliki struktur yang lebih sederhana.

Hubungan Pusat-Daerah: Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah di Spanyol lebih bersifat negosiasi, seperti yang terlihat dalam proses pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan komunitas otonom. Di Inggris, hubungan pusat-daerah lebih hierarkis, dengan pemerintah pusat memiliki otoritas yang lebih besar.

Dari perbedaan diatas, tentu memiliki dampak sebagai berikut:

Dalam pertumbuhan ekonomi, desentralisasi di Spanyol telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di berbagai wilayah. Namun, beberapa kritikus berpendapat bahwa desentralisasi juga dapat menyebabkan inefisiensi dan tumpang tindih kewenangan. Di Inggris, desentralisasi telah memberikan otonomi yang lebih besar kepada Skotlandia dan Wales dalam mengelola sumber daya alam mereka, yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Selain ekonomi, desentralisasi juga berdampak pada identitas nasional. Di Spanyol, desenteralisasi yang tinggi memperkuat identitas regional, namun juga dapat memicu sentimen separatisme. Seperti yang terjadi di Catalonia yang merupakan salah satu wilayah otonom di Spanyol dengan tingkat otonomi yang tinggi. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, gerakan separatisme di Catalonia semakin menguat. Hal ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan budaya, bahasa, dan ekonomi antara Catalonia dan wilayah lain di Spanyol. Pemerintah Catalonia telah beberapa kali mengadakan referendum untuk menyatakan kemerdekaan, namun upaya ini selalu dihalangi oleh pemerintah pusat Spanyol. Di Inggris, identitas nasional cenderung lebih kuat, meskipun terdapat gerakan separatisme juga, seperti di Skotlandia yang memiliki parlemen sendiri dan otonomi yang cukup luas dalam beberapa bidang. Pada tahun 2014, Skotlandia mengadakan referendum untuk menentukan apakah akan memisahkan diri dari Inggris. Meskipun mayoritas warga Skotlandia memilih untuk tetap menjadi bagian dari Inggris, isu kemerdekaan tetap menjadi isu yang sensitif.

Jadi, perbedaan dalam desentralisasi antara Spanyol dan Inggris berdasarkan sejarah, budaya, dan kondisi politik yang unik dari masing-masing negara. Desentralisasi di Spanyol cenderung lebih fleksibel dan memberikan otonomi yang lebih besar kepada daerah, sementara desentralisasi di Inggris lebih terpusat dan bertahap. Serta, kasus pada Catalonia dan Skotlandia menunjukkan bahwa desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan penuh tantangan. Meskipun desentralisasi dapat membawa banyak manfaat, seperti meningkatkan efisiensi pemerintahan dan partisipasi masyarakat, namun juga dapat memicu konflik dan ketidakstabilan jika tidak dikelola dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun