Mata uang yang digunakan pada masa Kesultanan Sumatra Pasai adalah dirham.Dirham atau Deurham adalah koine mas (gold coin) yang menjadi alat tukar resmi Kesultanan Sumatra Pasai,penyebutan yang sama juga berlaku dimasa Kesultanan Aceh Darussalam. Mata uang emas ini merupakan benda peninggalan sejarah yang sudah lama populer, baik di kalangan para peneliti sejarah, peminat numismatika, maupun Masyarakat umum.
Dirham Sumatra Pasai secara umum dibagi kepada 3(tiga) tipe ukuran dan berat.Koin emas paling besar merupakan pelat bundar diameter antara 13-14 mm, menyusul dibawahnya dirham dengan pelat yang rata-rata lebih bundar dari yang pertama berdiameter 9-11 mm.ukuran tersebut (9-14 mm) adalah ukuran normal dirham yang lebih banyak di temukan.
Ukuran dirham yang jauh lebih kecil adalah pelat bundar yang oleh orang aceh disebut dengan istilah dirham "mata manoek", karena memiliki ukuran sebesar mata ayam, berdiameter sekitar 5 mm.Dirham dengan ukuran seperti ini sekalipun telah banyak di temukan tapi masih jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan dirham ukuran normal.
Dirham Sumatra Pasai yang berukuran normal memiliki berat rata-rata 0.6 gram dengan mutu 65-70% emas, 20-25% perak, dan juga ditambahkan tembaga; 17 karat. Sedangkan Dirham Mata Manoek memiliki ukuran berat rata-rata 0,3 gram.
Dirham memiliki makna historis yang penting dalam budaya Islam karena merupakan mata uang yang digunakan pada masa awal perkembangan Islam. Dirham juga disebut dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dan digunakan dalam konteks pembayaran zakat dan transaksi perdagangan yang adil.
Selama berabad-abad, penggunaan dirham meluas ke berbagai negara Muslim, dan beberapa negara seperti Maroko dan Uni Emirat Arab (UEA) mengadopsi mata uang ini sebagai sistem keuangan mereka. Di Uni Emirat Arab, dirham di beri symbol dengan AED (Arab Emirates Dirham). Sedangkan di Maroko sendiri, dirham di beri symbol dengan MAD (Moroccan Dirham).
Dirham di negara-negara seperti UEA dan Maroko terbuat dari bahan berkualitas tinggi, seperti serat polymer atau kertas polimer yang tahan lama. Dengan desain yang biasanya menampilkan gambar-gambar ikon negara, tempat bersejarah, dan simbol budaya.
Kesimpulannya, mata uang dirham tidak hanya menjadi bagian penting dari sejarah islam, tetapi juga menawarkan alternatif yang relevan dalam pengelolaan ekonomi yang berbasis pada keadilan dan kestabilan nilai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H