Patahan atau sesar merupakan fenomena geologi yang terjadi akibat pergerakan lapisan bumi, yang dapat menimbulkan dampak besar pada infrastruktur dan lingkungan di sekitarnya. Di daerah Bendan, tepatnya di samping Sporthall Soegijapranata Catholic University dan sekitar Jalan Pawiyatan Luhur , jalan sering mengalami kerusakan yang signifikan. Kerusakan ini diduga kuat disebabkan oleh aktivitas patahan sesar Sungai Kaligarang yang berdekatan dengan daerah Tinjomoyo. Akibat pergerakan sesar tersebut, jalan di sekitar kampus sering kali retak, bergelombang, dan tidak rata, yang tentu saja berdampak negatif pada mobilitas warga, mahasiswa, dan pengunjung kampus.
Kerusakan jalan di samping Sporthall SCU bukan hanya masalah kecil yang berulang, tetapi merupakan konsekuensi dari kondisi geologi yang terus berlanjut. Permasalahan ini semakin diperparah oleh posisi geografis Bendan yang terletak di dekat Sungai Kaligarang, yang memiliki riwayat aktivitas sesar. Patahan sesar yang berkelanjutan menimbulkan pergerakan tanah, menyebabkan retakan dan ketidakstabilan pada struktur jalan.
Berikut beberapa masalah utama yang dihadapi:
- Kerusakan Berulang: Jalan yang rusak sering diperbaiki, namun kerusakan muncul kembali dalam waktu singkat.
- Gangguan Mobilitas: Jalan yang tidak rata dan berlubang membuat kendaraan sulit melintas dengan aman dan nyaman, meningkatkan risiko kecelakaan.
- Biaya Pemeliharaan Tinggi: Perbaikan yang terus menerus menimbulkan biaya yang besar bagi pemerintah atau pihak kampus.
Kerusakan jalan yang terjadi disebabkan oleh aktivitas patahan sesar Sungai Kaligarang di daerah Tinjomoyo. Aktivitas sesar ini menyebabkan pergerakan tanah yang mempengaruhi struktur jalan, sehingga meskipun dilakukan perbaikan, kerusakan tetap muncul kembali karena akar masalah geologi belum teratasi.
Sesar Kaligarang merupakan sesar aktif yang memotong batuan muda di selatan Kota Semarang dan diperkirakan menerus hingga Laut Jawa. Selain itu, di Semarang juga terdapat sesar lainnya yang memiliki pola pelurusan yang sama, yakni sesar Kreo, sesar Gribik, dan Sesar Karanganyar Gunung. Sesar Kaligarang sendiri memiliki laju pergeseran batuan sebesar 4,5 mm per tahunnya. Nilai pergeseran batuan tersebut memang relatif kecil, namun jika terakumulasi dalam waktu yang lama, maka nilainya akan bertambah besar.
Berdasarkan pengamatan dan data geologi, daerah sekitar Tinjomoyo dan Sungai Kaligarang diketahui merupakan area dengan aktivitas seismik yang cukup aktif. Patahan sesar di sepanjang Sungai Kaligarang menyebabkan tanah di sekitarnya rentan terhadap pergerakan, yang mengakibatkan kerusakan struktural pada infrastruktur di dekatnya, termasuk jalan di sekitar Sporthall SCU.
Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam diskusi ini meliputi:
- Aktivitas Geologi: Sesar Kaligarang adalah bagian dari rangkaian patahan yang aktif di Pulau Jawa. Pergerakan sesar dapat menyebabkan goncangan pada lapisan tanah dan memicu keretakan permukaan.
- Dampak Lingkungan dan Infrastruktur: Jalan yang dibangun di atas tanah yang tidak stabil akan terus mengalami kerusakan meski telah diperbaiki secara fisik. Pergerakan tanah akibat sesar ini sulit diprediksi, dan menyebabkan jalan menjadi tidak rata atau bahkan ambles.
- Solusi Potensial: Solusi jangka pendek melibatkan perbaikan rutin, namun solusi jangka panjang memerlukan pendekatan geoteknis yang lebih komprehensif, seperti memperkuat fondasi jalan, menggunakan material yang lebih elastis untuk menghadapi pergerakan tanah, atau bahkan merelokasi jalan jika memungkinkan.
- Partisipasi Pemangku Kepentingan: Pihak kampus, pemerintah daerah, dan masyarakat perlu bekerja sama dalam menangani masalah ini. Tidak hanya terkait perbaikan infrastruktur, tetapi juga dalam edukasi mengenai pentingnya memahami kondisi geologi di sekitar wilayah mereka.
Kerusakan jalan di samping Sporthall SCU tidak hanya disebabkan oleh faktor cuaca atau penggunaan jalan, tetapi juga oleh aktivitas geologi dari patahan sesar Sungai Kaligarang di Tinjomoyo. Aktivitas sesar ini menyebabkan pergerakan tanah yang mempengaruhi kestabilan jalan, sehingga meskipun perbaikan dilakukan secara rutin, kerusakan tetap berulang. Solusi jangka panjang memerlukan pendekatan yang lebih dalam, baik dari sisi teknologi konstruksi maupun kolaborasi antara pihak-pihak terkait untuk menemukan jalan keluar yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H