Mohon tunggu...
Bay_Fadhilah
Bay_Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi - UIN Sunan Gunung Djati

Aku adalah makhluqNya. karenaNya aku ada. RahmatNya tak terhingga. NikmatNya sangat luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Didewasakan oleh Jarak

2 Maret 2024   20:56 Diperbarui: 2 Maret 2024   20:58 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di Dewasakan Oleh Jarak
@bay_fadhilah

Hai, aku wanita introvert yang memiliki keberanian sangat minim. Aku melabel diriku dengan sebutan wanita introvert yang penakut.

Aku memang penakut sejak kecil, mentalku tak sebaja kalian. Aku selalu hidup dalam ketakutan, dan itu merupakan hal yang sangat menyebalkan. Sejak kecil orang disekelilingku selalu mencap diriku punya banyak kemampuan, berprestasi dan hebat karena kau selalu menjadi juara kelas yang pertama. Namun semua tertutup dengan segala rasa takutku, sehingga apapun yang membuatku jauh dari rumah, aku takut sebab aku tak bisa lepas dari yang namanya keluarga.


Setelah lulus dari tingkat sekolah dasar, aku memutuskan dan memilih untuk melanjutkan studi ku di sebuah pondok pesantren yang mana itu berkonskwensi aku akan tinggal disuatu tempat yang jauh kata rumah dan kelurga, namun masih dalam satu kota. Dan di pondok pesantren  tersebut waktu penjengukan dapat bertemu keluarga sebulan sekali, bagiku masih sanggup aku untuk melatih diri.  Tekadku besar saat kulangkahkan kakiku pertama kali di pondok pesantren aku mau berubabah menjadi lebih baik. salah satunya aku mau jadi wanita yang tangguh, kuat dan pemberani. Aku ingin ketakutan tak menguasai dan merajai diriku.


Sebulan pertama semua berjalan dengan baik hingga bulan bulan berikutnya. Dibulan Kelima aku mendapatkan ketidak nyamanan sebab aku tak memiliki banyak teman dan aku di bully oleh kakak kelasku aku dimusuhi karena mereka iri kalau aku berprestasi, selalu mendapat nilai terbaik dan selalu menjadi juara kelas. Sehingga aku tidak betah dan mau pindah bahkan keluar rasanya. Semua yang terjadi aku anggap sebuah ujian yang membuat ku kuat. Hari-hari kulalui dengan segala kelapangan, ketegaran, ketabahan dan kesabaran. Dan keyakinan bahwa aku mampu melaui semuanya, dan segalanya ku serahkan dan kembalikan padaNya. Hingga tak terasa ternyata aku betah bahkan aku disana hingga aku tamat bangku SMA.

Aku banyak mencoba hal baru dan mendapatkan banyak pengalaman disana. Seperti aku berpartisipasi dalam perlombaan antar sekolah, tingkat kabupaten/ kota, tingkat provinsi bahkan hingga aku menjadi perwakilan Provinsi Jawa Barat dalam sebuah Olimpiade. Saat menjadi perwakilan provinsi Jawa Barat dalam Olimpiade Nasional, hingga kubertemu banyak orang dari 34 provinsi. Dan buah dari tekadku menghantarkan diriku menjadi berani dan tidak penakut lagi. Dan aku terbiasa hidup mandiri dan jauh dari rumah dan keluarga.


Setelah lulus SMA aku diterima disalah satu Perguruan Tinggi Negeri jalur nilai raport. Namun PTN tersebut sangat jauh dan beda kota dari rumah ku dan keluargaku. Tapi lagi lagi aku berani ambil keputusan untuk mengambilnya dan menerima konskwensi untuk tidak tinggal satu rumah degan keluargaku. Disana aku tinggal di sebuah kos khusus putri. Disana aku hidup sendiri bahkan jauh lebih mandiri dari saat aku di pondok pesantren, karena di kos aku mau makan masak sendiri, baju nyuci sendiri, mau apa-apa sendiri. beda halnya saat aku dipesantren walaupun semua mandiri namun perihal sandang, pangan papan semua sudah tersedia tugasku hanya tinggal belajar. Namun saat ku menjadi seorang mahasiswi yang hidup ditanah rantau dan tak terjangkau dari keluarga, semua terasa berkali lipat karna aku harus mengurusi hidupku sendiri dan membagi waktu antara tugas dan rutinitas. Terhitung belum, mengurusi segala permasalahan yang ada. Huft, seperti dipaksa dewasa...
Ya, memang sudah saatnya menjadi dewasa. Apalagi kisah hidupku ditanah rantau mungkin dapat dikatan tak semulus kalian. Malangnya nasibku. Saat aku berada diperantaaun saat ini aku tidak pernah dijenguk seperti saat ku masih di pondok pesantren, mungkin karena memang jauh dan sudah besar jadi memang dipaksa untuk dewasa. 

Namun adakalanya tangisan menderu karena rindu, berbulan bulan tidak bertemu. Saat itu ada berbagai konfik yang terjadi dari diri pribadi, keluarga terdekat bahkan orang- orang disekelilingku. Semua terasa pahit bagaikan kopi tanpa gula, karena aku lagi-lagi harus mengahadapinya seorang diri. Segala permasalahan bertubi-tubi tanpa henti datang menghampiri. Namun semua selalu ku serahkan dan kembalikan Pada-Nya. Kuharap aku sanggup hingga waktunya tiba aku dapat kembali pulang ke rumah yang menerima tanpa adanya penolakan.


Begitulah kisahku.. Kisah hidupku seperti rollcrosster, dan segala wahana yang membahayakan namun semua itu jadi membentuk kepribadianku lebih berani dan menjadikan mentalku kuat. Saat ku mengingat segala kisahku dan semua masa lalu, terlihat sangatlah lucu... Tapi semua aku dapati karena adanya jarak dan keadaan. Hingga saat ini aku sedewasa ini walapun belum seberapa, Hehee.. Tapi semua sangat berkesan dan berharga untukku. Terimakasih Aku...


" Setiap keputusan ada konsekwensi, Terimalah.! Jika berat,Bersabarlah! Setiap Masalah, Kembalikanlah! dan anggaplah segala keadaan dan jarak dapat mendewasakan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun