Dua kali menyaksikan Garuda Muda U-23 di pentas Asian Games 2014, saya jelas senang. Dua kemenangan meyakinkan, melesakkan 11 gol dan clean sheet, membuat saya sedikit terhibur . Walaupun lawan yang direndam dengan banyak gol baru tim sekelas Timor Leste dan Maladewa, tapi ketika Timnas menang dengan sangat meyakinkan seperti itu, tentunya layak diapresiasi.
Apalagi, suatu hal yang langka dalam beberapa tahun terakhir, dimana skuat 'merah putih"  bisa menang  besar seperti itu di panggung sepakbola internasional.  Saya jadinya tak segan-segan memberi aplaus untuk Aji Santoso dan pasukan , atas pencapaian sejauh ini. Tiket 16 besar, plus prediket top skor sementara untuk Ferdinand Sinaga dengan enam golnya, membuat sepakbola negeri ini kembali dilirik.
Memang masih terlalu pagi untuk memuja-muji, menyanjung Garuda Muda, tapi setidaknya hasil yang mereka peroleh sejauh ini membuat kita lega, karena tim kita tak lagi malu-maluin. Kekhawatiran tim ini bakal tak maksimal dikarenakan pelatih Aji Santoso acap mengeluh selama persiapan, karena fokus pemain masih terbagi di kompetisi, ternyata bisa diredam penampilan apik dan penuh semangat dari pemain.
Mungkin  masih terlalu dini  pula untuk berharap Dedi Kusnandar Cs bisa mengulang capaian perunggu Asian Games 1958, atau ketika Ricky Yacob, Adolf Kabo, Yonas Sawor, Berti Tutuarima dan lain-lainnya masuk semifinal Asian Games 1986.
Masih ada Thailand di laga pamungkas grup E. meskipun hanya berstatus laga pencari juara grup, Â plus gengsi sebagai sesama Asia Tenggara, laga ini tetap krusial. Â Bisa mengalahkan 'Gajah putih' adalah suntikan motivasi bagus untuk menghadapi 16 besar.
Di perdelapanfinal, Korea Utara dan Tiongkok salah satunya harus dihadapi. Bukan lawan mudah, karena tim 'kuning" kerap menyulitkan, bahkan menjegal Indonesia. Â Begitupun Korut dan Tiongkok, sama kuatnya dan sama sulitnya.
Pesimis jelas tidak boleh, karena sepakbola bukanlah matematika atau sebuah rumus yang sudah terukur dan jelas hasilnya. Tahun 1986, Indonesia juga tak terlalu dianggap, tapi mampu menyingkirkan Uni Emirat Arab untuk memesan tiket di semifinal. Harapannya tentu saja timnas U-23 mampu mempertahankan atau meningkatkan performa mereka yang sejauh ini sudah cukup bagus dan tak cepas puas dengan hasil sejauh ini.
Akan sangat membantu, jika senioritas dan ketenangan Victor Igbonefo mengomando lini pertahanan tetap terjaga. Sama pentingnya daya tarung Rasyid Bakrie, Bayu Gatra, Fandi Eko Utomo di lini tengah tetap maksimal, sembari berharap Ill Capitiano Dedi Kusnandar dan Ramdani Lestaluhu bisa pulih secepatnya. Begitupun di lini depan, semoga 'bad boy' Ferdinand Sinaga tak membuat ulah, tapi tetap fokus dan  tajinya tetap tajam untuk menambah koleksi golnya.
Satu lagi, adalah dukungan dari masyarakat Indonesia mutlak diperlukan sebagai penyemangat tim.  Karena ada gejala Garuda Muda agak terlupakan oleh penikmat sepakbola kita,  karena lebih sibuk memuja-muja  Timnas U-19.  Dalam hal apapun, Garuda jaya sepertinya lebih menarik dan enak dibahas.
Bahkan, ujicoba plus jalan-jalan Evan Dimas  cs di Spanyol, lebih mengemuka dibanding perjuangan Alfin Tuasalamony dkk diajang resmi seperti Asian Games. Tanpa mengurangi respek untuk untuk timnas U-19 yang sedang  berujicoba dengan tim B atau C  klub-klub La liga, sepertinya kemenangan u-23 atas Timor Leste dan Maladewa terasa lebih bermakna.
Alangkah bagusnya, kita memberi apresiasi yang sama kepada timnas di level apapun . Mereka adalah anak-anak bangsa terbaik di olahraga ini untuk tingkatan usianya. mereka sama-sama memakai lambang garuda di dada kiri. Â sudah sewajarnya kita memberi perlakuan dan repect yang yang sama. Apapun itu, tak banyak anak Indonesia yang mendapat kesempatan memakai kostum kebanggaan itu, tapi hanya merekalah yang terpilih.