Mohon tunggu...
badru zaman
badru zaman Mohon Tunggu... karyawan swasta -

anak pertama dari 3 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pintu Mengganti Raga

26 Januari 2015   05:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lubang itu bernama pintu mengganti raga. Karena setiap jasad yang masuk kesana akan hancur lebur dan hanya akan menyisakan jiwa yang akan mencari raga yang baru dan terlahir kembali dalam kurun waktu yang sangat lama. Tak ada yang tahu pasti kapan jiwa itu akan terlahir kembali. Yang jelas hanya ini satu – satunya cara untukku agar bisa bersamamu kembali meski setelah ini aku harus menahan rasa rindu yang teramat panjang untuk menunggu hari tersebut tiba.

Bagaimana caranya untuk bisa membuka lubang tersebut? Tentu saja tak sembarang orang bisa membukanya, hanya orang – orang yang dianugerahi tuhan seperti kami saja yang bisa membuka lubang tersebut. Meski sesungguhnya kami dilarang keras membuka lubang itu tanpa se-izin dan perintah langsung dari-Nya. Karena dengan membukanya akan membuat seluruh kekuatan dan kesaktianku menjadi sirna, tergantikan oleh kehidupan yang abadi hingga tiba saat dimana aku dan dia akan bersatu kembali disuatu masa yang jauh, yang entah akan seperti apa jadinya aku dan dirimu dimasa yang akan datang. Tengan terbuka lebarnya lubang dihadapanku tersebut, Tuhan yang tengah menyaksikanku di atas sana tentu merasa sangat marah. Tapi apalah daya, apa jadinya hidupku tanpamu. Terasa kosong, hampa dan seakan mati. Bagaimana mungkin aku bisa hidup ditinggal pergi selamanya oleh satu – satunya orang yang tercipta untuk menjadi pasanganku. hanya dengan ini satu – satunya cara bagiku untuk bisa kembali bersatu denganmu. Kini jasadmu telah sepenuhnya melebur setelah aku melemparmu terhisap oleh lubang tersebut. Tak lama lubang itu pun tertutup dan sekejap setelahnya keadaan sekitar pun kembali normal seperti semula. Awan – awan kembali berterbangan kesegala penjuru meninggalkan purnama benderang yang masih bertengger sempurna diatas langit malam yang semakin mendingin. sekejap itu pun musnah sudahlah segala kekuatan dan kesaktianku. tubuhku pun langsung melemah lunglai, isi kepalaku seperti berputar, mataku terasa berkunang, dadaku terasa sesak, dan tak lama setelah itu tubuhku pun terbaring ambruk tak sadarkan diri diatas tanah. Sendirian, di tengah gelapnya malam yang dingin. *** Sinar matahari yang baru merangkak naik mulai menerpa wajahku seperti membangunkan. Aku segera bangkit dari tertidur pulas. Diantara dinginnya hawa embun puncak pegunungan, kudapati pemandangan sinar mentari yang merangkak indah setelah semalaman beristirahat dipersembunyiannya. Aku mulai berjalan kaki menuruni puncak gunung. melewati rindang pepohonan dan tanah – tanah berbatu yang berundak – undak. Melangkah maju untuk menjalani kehidupan yang baru sebagai manusia yang abadi. tanpa kekuatan dan kesaktian yang tadinya kumiliki sebagai penjaga dunia dari segala kejahatan dan kemungkaran. *** Kini tak terasa sudah waktu kian berlalu. tak terhitung detik demi detik yang telah kulalui. tak teringat sudah hitungan hari, minggu dan bulan. Sudah lebih dari ribuan kali pula aku berpindah – pindah dari satu tempat ketempat lain, dari satu negeri kenegeri lain. bahkan dari satu benua ke benua lain. Berkali – kali pula berganti – ganti nama dan identitas hanya untuk memastikan apakah dirimu telah terlahir kembali kedalam raga yang baru. Hingga kini aku tiba dimasa kejadian masa lalu saat semua itu terjadi hanya dianggap sebatas legenda, mitos atau dongeng yang sudah sangat jarang orang – orang menceritakannya lagi kepada anak – anak mereka. Hari ini tepat sudah empat ribu tiga ratus dua puluh lima tahun setelah kejadian itu. Rindu dihati rasa – rasanya seperti tak sanggup lagi untuk ku tahan. Saat ini, ditempat dimana diriku tinggal sekarang, orang – orang dari mulut ke mulut tengah sibuk memperbincangkan tentang seorang pemimpin keji dari suatu negeri di benua utara yang kabarnya telah membantai ratusan bahkan ribuan orang tak bersalah. Serta telah mengibarkan dan menaklukan hampir seluruh negeri dibenua utara yang tidak mau tunduk dibawah kekuasaannya. Dan ternyata kabar itu memang bukan sekedar buah bibir belaka. Hampir di seluruh media surat kabar yang dijual pedagang asongan perempatan jalan, stasiun – stasiun radio hingga pesawat televisi seluruh negeri tengah gencar mengabarkannya hampir di setiap saat. Dari seluruh kabar – kabar yang beredar tentang sang pemimpin keji tersebut, aku seperti mendapat sebuah petunjuk tentang dimana dirimu berada. Aku yakin kau pasti sudah terlahir kembali di negeri benua utara itu untuk kembali memerangi segala kemungkaran – kemungkaran, seperti yang pernah kita lakukan pada dahulu kala. *** Tanpa berpikir panjang aku segera membeli tiket penerbangan menuju negeri di benua utara tersebut. Rasa rindu yang tertahan beribu – ribu tahun lamanya ini seakan sudah tidak sabar untuk segera bertemu lagi dengan dirimu. Tanpa banyak membawa bekal dan perlengkapan aku sudah bersiap pergi menjemputmu ke negeri tersebut. Dan setelah nanti orang – orang di seluruh pelosok dunia akan mengelu – elukanmu lagi sebagai sang pahlawan yang telah mengakhiri kemungkaran di negeri itu, aku akan membawamu kembali kemari untuk menjalani lembaran kehidupan kita yang baru. *** Baru satu jam yang lalu aku menginjakan kaki di bandara internasional ternama di ibukota negeri yang tengah hangat diperbincangkan seluruh awak media di seluruh dunia ini. Tak seperti yang ada dibenakku sebelumnya, ternyata negeri di benua utara ini tampak begitu indah mengagumkan dengan bangunan – bangunan klasik karya arsitek ternama yang tertata sangat rapih. Banyak pula warga domestik ibu kota tengah asyik berlalu lalang melaksanakan aktivitas harian mereka dengan bebas leluasa meski hampir di setiap sudut kota di amankan oleh beberapa kelompok tentara bersenjata yang selalu siap berjaga. Dalam perjalananku menuju penginapan, aku menyempatkan diri berjalan – jalan mengelilingi kota dengan kereta kuda yang banyak menghiasi sudut – sudut jalan. Bercengkrama hangat dengan sang kusir, hinggap di salah satu kedai ternama dan bercengkrama dengan penduduk sekitar yang amat sangat ramah. Terutama pada pelancong dari negeri di benua lain, hingga aku tak percaya jika seseorang yang terkenal sebagai manusia paling keji di dunia bisa berasal dari negeri yang indah dengan penduduk yang teramat sangat baik dan ramah seperti ini. *** Keesokan harinya setelah hari pertama kedatanganku di negeri ini. Aku masih belum tahu kemana aku harus mencarimu. keesokan hari setelahnya pun tetap sama hingga genap sepekan sudah aku berada di negeri ini, aku masih belum mendapat petunjuk mengenai dimana tepatnya dirimu berada. Aku mulai mencarimu dari sudut – sudut hingga pusat kota. Dari pemukiman hingga kepasar – pasar. Dari sudut – sudut jalan hingga peron – peron stasiun kereta. Bahkan setiap jendela – jendela kaca rumah, gang – gang buntu, hingga setiap sudut halaman surat kabar sekalipun tak luput dari pandanganku untuk mendapat petunjuk dimana dirimu berada. Hingga suatu hari, di salah satu pemukiman warga di pinggiran kota aku melihat puluhan warga tengah berkerumun seperti tengah menyaksikan sesuatu. Saat itu pula aku merasa penasaran dan menanyakan hal tersebut kepada seorang lelaki paruh baya yang baru saja beranjak pergi dari kerumunan tersebut. Dari keterangannya. Ia mengatakan bahwa mereka tengah berkerumun menyaksikan seorang pemuda tak waras yang sedari kecil selalu bergumam tentang kesaktian dirinya yang telah mengalahkan seorang yang sangat keji di kehidupan yang sebelumnya. Pada awalnya warga sekitar hanya menganggap itu sekedar ocehkan anak kecil belaka. Namun setelah ia beranjak dewasa, hal itu mulai terasa mengganngu dan membuat resah orang – orang disekitarnya. Dengan setengah berlari aku memberanikan diri menerobos masuk kerumunan warga yang tengah asyik memperbincangkan pemuda tak waras yang ada di depannya. Setelah bersusah payah berdesak – desakan, akhirnya aku benar – benar terkejut kala mendapati dirimu tengah duduk terpasung didepan kerumunan orang – orang. Kau nampak berantakan, tubuhmu kumal, rambutmu kering menggimbal, matamu memerah, tanganmu dirantai dan liur dari dalam mulutmu tak henti – hentinya menetes seiring dengan ocehanmu yang tiada henti menceritakan tentang kesaktian dan kemenangan kita terhadap kezaliman dikehidupan kita dimasa lalu, yang orang – orang itu hanya anggap sebagai omong – kosong dari seorang pemuda yang tidak waras. Dalam hati, aku membisik pelan memprotes tuhan akan apa yang kusaksikan saat ini. Mengapa setelah beribu – ribu tahun lamanya aku menantikan saat dimana aku dan dia bisa kembali bertemu, kau malah melahirkan dia kembali kedunia ini dengan keadaannya yang seperti ini. Gila, dianggap sinting meski aku tahu bahwa setiap ocehan darimulutnya bukanlah kebohongan seperti yang di tertawakan orang – orang. Air mataku mendadak mengalir tak tertahan menyaksikan perlakuan orang – orang terhadapmu. Dan tak lama setelah itu, tuhan lalu membalas protesku dengan berbisik pelan mengatakan ” itulah hukuman untukmu karena telah melanggar aturan-Ku untuk tidak membuka lubang itu tanpa sezin-ku”. Bandung, November 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun