Ya, kita sudah mendengar adanya banjir rob di Semarang terjadi lagi. Bukan bencana baru bagi daerah di kawasan rendah seperti Semarang atau Jakarta. Penjelasan mengenai banjir itu sudah banyak diulas oleh media dan pakar. Penyebabnya sama dan terus diulang-ulang. Alam yang sudah tidak bersahabat seperti tingginya air pasang yang menyebabkan tanggul runtuh. Pendapat tersebut memang benar adanya namun sudah sekian lama hal tersebut terjadi. Alam akan marah kalau setiap ada kejadian bencana, kita selalu menyalahkannya.
Semarang dan Jakarta adalah beberapa kawasan di Indonesia yang punya permasalahan yang komplek. Selain alam (maaf ya) yang semakin sulit untuk diprediksi, ada banyak  hal lain yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Ya, sebagai manusia yang sekaligus sebagai khalifah untuk mengatur alam sebaik mungkin.
Sebagimana yang kita ketahui bersama, kenaikan air sebagai dampak dari perubahan iklim (climate change) menjadi tantangan yang semakin nyata. Ada banyak data dan mudah ditemukan di internet terkait kenaikan muka air laut. Dahulu kala dan sampai sekarang juga, kita menentukan level itu berdasarkan muka air laut. Mungkin ada yang pernah mendengar istilah 10 m di atas muka air laut (m dpl) atau dalam bahasa inggris 10m above mean sea level (m AMSL). Itu karena kita dahulu kala beranggapan bahwa muka air laut itu relatif lebih stabil daripada permukaan tanah. Nah, sekarang kita tahu bahwa segala sesuatunya itu dinamis. Jadi kalau hidup anda statis berarti anda tidak mengikuti alam. Upss,,, sori keluar jalur.
Selain kenaikan muka air laut, ada siklus cuaca yang tidak menentu. Kecendrungannya akan semakin ekstrim dan sering terjadi. Maka akan sering juga kita jumpai tornado yaitu angin kencang yang bisa memporak-porandakan daerah pesisir, juga ada ombak yang bisa menerjang tanggul penahan gelombang kita.Â
Ada hal lain yang perlu digarisbawahi juga yaitu penurunan tanah. Di Semarang dan Jakarta itu penurunan tanahnya hampir sama. Yaitu berkisar 10cm per tahun. Â Jadi, dalam kurun waktu 10 tahun, permukaan tanah akan turun 1m. Ditambah lagi kenaikan air laut, di tahun mendatang permasalahannya akan semakin komplek dan semakin susah untuk dicarikan solusi. Ngeri bukan!!!
Kita semua tahu bahwa pemerintah daerah Jawa Tengah dan Kota Semarang telah melakukan langkah proaktif dan antisipatif akibat banjir rob ini. Penyediaan pompa, tempat penampungan dan kebutuhan lainnya. Ya itu bagus sekali, tapi perlu diingat bahwa selain tindakan yang sifatnya responsif perlu juga difikirkan langkah aktif untuk kedepannya. Kemungkinan langkak yang sifatnya responsif akan sulit dilakukan karena semakin seringnya banjir rob dan kawasan banjir yang semakin meluas.
Seperti halnya di Jakarta, sudah banyak studi dilakukan di Semarang untuk menanggulangi bencana banjir ini. Beberapa yang saya ingat sebagai berikut:
- Tata kelola kawasan pesisir
- Penghentian pengambilan air bawah tanah
- Perbaikan sistem tanggulÂ
- Peningkatan kapasitas pompa
- Normalisasi muara sungai dan sistem drainase
- Perbaikan lahan rusak di kawasan resapan air dan sepanjang pesisir
- Peningkatan kesadaran masyarakat akan tata kelola air sungai dan laut yang baik
- Sinergi yang baik dari pemerintah pusat dan daerah untuk pelaksanaan projek penataan sistem drainase dan pantai yang menyeluruh.
Nah, dari semua poin di atas yang paling penting adalah kemauan dan pelaksanaannya. Studi yang banyak tidak ada maknanya kalau tidak dilaksanakan. Semoga kedepan Semarang menjadi pusat kota yang lebih baik dan bebas dari bencana ulah tangan manusia. Jangan salahkan alam lagi !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H