Mohon tunggu...
Muhammad Badrussalam
Muhammad Badrussalam Mohon Tunggu... -

Menjelajahi pemahaman tentang jiwa melalui warna-warni cerita kisah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diskusi Para Pengembara, "Nafsu"?

12 Februari 2014   13:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:54 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Di suatu lembah, di dalam sebuah gua. Berkumpul lima pengembara jiwa. Mereka beristirahat setelah melakukan perjalanan. Dan dalam perjalanan, mereka menemukan sesuatu yang dinamakan “nafsu”. Hal itu membuat perjalanan mereka terhambat. Lantas mereka mengutarakan masalah itu saat kebetulan bertemu di gua ini dan mulai berdiskusi. Masing-masing menyampaikan apa yang telah dialaminya:

Pengembara 1: "Sulit sekali menaklukkannya. Bagaimana aku harus menundukkannya ? dia selalu muncul saat jiwaku kosong, gersang, dan sepi dari dzikrullah. Sehingga dengan cepat dan banyak macam cara dia merasuki tubuhku, menyuntikkan racun mulai dari otakku. Kemudian secara tunduk pasrah otakkumenyebarkan racun tersebut menuju mata, tangan, kaki,dan anggota tubuh yang lain. Hingga akhirnya terceburlah diriku dalam kubang kemaksiatan.

Pengembara 2 : "Ketika aku sendiri dan merasa tak ada siapapun bersamaku dan menemaniku. Ia langsung menemaniku dengan setia seolah-olah dia adalah teman akrab yang selalu dekat denganku.ia setia bersamaku. Sampai aku hanyut dalam pikiran-pikiran busuk dan mencoba untuk menyatakan pikiran-pikran itu dengan anggota badanku. aku jatuh ke dalam perangkapnya. Sehingga, sekali lagi aku ditipu olehnya. Ketika aku berada dalam perangkapnya, akalku tersadar ternyata ia telah menipuku. Ia tertawa terbahak-bahak dan dengan semena-mena pergi meninggalkanku begitu saja tanpa sepatah katapun untuk berpamitan.

Pengembara 3 : "Memang benar, begitu juga yang terjadi padaku. Saat aku kehilangan dan tidak bersama orang-orang terdekat dan kupercaya. Aku menganggap dia adalah yang paling setia. Memberiku semangat. Sampai dalam ibadah kepada Sang Raja alam semesta inipun dia kuajak agar aku tak malas dan tak kehilangan gairah. Tapi sial, ternyata dia hanya membujuk. Dia bisa berubah menjadi seribu wajah dengan berjuta-juta topeng yang ada padanya. Dia memang jadi penyemangat, juga untuk menyemangatiku ke arah kemaksiatan. Dia mencari sebuah lubang kelemahan dan kelalaianku. Ketika lubang itu terbuka, dia menerobos ke dalamnya dan merusak pertahanan jiwa murniku, mengobrak-abrik ketenangan pikiran-pikiran bersihku. menenggelamkan cahaya mata batinku, menjadikan semua yang ku pandang adalah gelap, membuat para penduduk ragaku lengah tak berkuasa. Dan akhirnya dia berhasil menguasai kampung jiwa ragaku.

Pengembara 4 : "Dia hebat sekali!. Dia membenarkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Karena itu setelah dia berhasil menguasaiku, dia memberi aba-aba kepada jiwaku yang sudah terbius olehnya untuk menyalurkan racun darinya bukan hanya kepadaku saja. Tapi juga menyalurkan kepada orang lain. Kepada lawan jenis, bahkansejenispun dia salurkan racunnya. Sehingga tanpa sadar seluruh angota tubuhku melampiaskan virus hasrat yang menggebu-nggebu ini pada mereka. Setelah racun itu berhasil diledakkan, untuk kesekian kalinya dia membiarkanku terlena dan terbang meninggalkan bayangannya tanpa terlihat sayapnya. Adapun diriku yang tersadar kembali, meratapi penyesalan yang amat mendalam seiring berkata "mengapa dia selalu kuturuti ?!, mengapa aku begitu lemah ?!, mengapa aku dengan mudah mengikuti bajingan tengik ini ?!".

Pengembara 5 : "Yah, aku sudah bertahun-tahun bersamanya hingga racun dan penyakit darinya seolah-olah telah menjadi santapan harianku. Dia terus saja seperti itu. Saat aku berusaha menepaki jalan cahaya menuju pintu hidayah, dia semena-mena mendatangiku. Menjadikan perjalananku berbalik arah. Aku dibuat lemah lunglai tak berdaya. Seperti anak kepiting yang terombang–ambing oleh besarnya pasang surut ombak lautan samudera. Aku jadi kaku tak kuasa bergerak untuk mengelak. Memang, saat batinku telah sadar, satu persatu pasukan diriku berusaha menata kembali kerajaan jiwaku dan sedikit demi sedikt membenahi kerusakan benteng pertahanan suci jiwaku. Tapi mengapa jika waktu yang telah matang dia rencanakan tiba, dia dengan kejam mendobrak dan menghancurkan semua pertahanan yang telah dibangun dan disusun dengan rapi ?!. Membuat kerajaan jiwa suciku kalah. Kekalahan yang kuterima bukan sekali dan sehari saja. Tapi ini adalah kekalahan yang berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus derita. Aku sampai putus asadan tak tahu lagi harus berbuat apa?. Cara apa yang harus aku gunakan agar aku menang jika berhadapan dengannya. Memang terkadang untuk beberapa hari aku bisa menghentikan dan mengimbanginya. Tapi pada waktu dimana di berada di puncak, dia menikamku dan merobek sulaman imanku tanpa menyisahkan satu benang saja.Kini aku kehabisan tenaga.

Pengembara 1 : "Siapa sebenarnya dia itu?! Apakah dia dokter yang kejam ?! Ataukah hewan buas ? Atau virus yang mematikan?!

Pengembara 2 : "Ataukah dia penipu yang ulung ? yang mempunyai seribu cara untuk mengelabui ? Bagaimana dia bisa seperti itu ? Barapa cara yang telah dia hafal dan dia gunakan untuk menipu para pengembara ?

Pengembara 3 : "Atau dia adalah penjajah ? yang lengkap dengan pasukan, benteng, dan senjata ? darimana asal datangnya penjajah yang bengis ini ? sejak kapan diamendatangi negeri jiwa suci para pengembara yang sebelumnya makmur ini ?

Pengembara 4 : "Dia itu apa? Atau dia itu siapa? Apakah dia raja tega yang tanpa melihat siapa saja yang akan dihadapinya? Dan siapakah yang menjadi santapan hewan buas itu? Jika memang dia hewan buas.

Pengembara 5 :"Mengapa dia ada di dunia ini? Untuk apa keberadaannya di sini?Apa memang dia ditakdirkan untuk mendorong dan menceburkan setiap jiwa pengembara ke dalam jurang kemaksiatan? Atau memang dia ditakdirkan untuk menghancurkan setiap kerajaan suci yang telah dibangun benteng pertahanan iman oleh para pengembara? Apa sebenanrnya jawaban semua pertanyaan ini?

Matahari terbenam dengan berbagai pertanyaan yang belum memunculkan jawaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun