Mohon tunggu...
Badrul Tamam
Badrul Tamam Mohon Tunggu... -

Alumnus Administrasi Bisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Al Quran yang Terlupakan

3 Februari 2018   23:25 Diperbarui: 3 Februari 2018   23:38 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dulu, satu dekade yang lalu, masih cukup kental, disetiap acara-acara formal kemasyarakatan, saat awal acara setelah puji-pujian kepada Allah SWT, biasanya disambung dengan pembacaan ayat suci Al Quran. Namun di jaman Now, nampaknya tradisi pembacaan ayat suci Al Quran tersebut perlahan mulai hilang bahkan seakan-akan menjadi sesuatu yang tabu untuk di lakukan lagi. Entah pengetahuan saya ini benar atau tidak, namun yang seringkali penulis ketahui seperti itu adanya.

Memang pembacaan ayat suci Al Quran di setiap acara, bukan sesuatu yang diwajibkan, namun alangkah lebih baiknya bila disetiap acara-acara formal kemasyarakatan didahului dengan pembacaan Ayat suci Al Quran. Dan yang dimaksud acara-acara formal kemasyarakatan disini, bukanlah sebatas acara-acara islami dimasjid-masjid, atau dipesantren-pesantren, namun secara berjamaah di semua acara, tidak terkecuali acara-acara formal kenegaraan.

Kenapa dalam acara-acara kenegaraan juga patut untuk dilakukan?, bukankah ini sesuatu sikap yang egois bagi umat islam, ketika kita melihat kebhinekaan Indonesia dari keyakinannya?. Dalam hal ini, penulis pikir, ini bukan sikap keegoisan, namun menjadi salah satu bentuk sikap kecintaan kita kepada Indonesia, dengan mengamalkan Pancasila sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa". Apalagi Indonesia penduduknya mayoritas Muslim.

Kenapa pembacaan Al Quran di awal acara menjadi sangat penting, khususnya bagi umat Islam?. Karena Alquran bukan sebatas iqro' (bacaan}, lebih dari itu, Al Quran merupakan penawar atas segala kegundahan hati, candu jiwa dan pengusir segala bentuk kejahatan Makhluk, yang senantiasa membisikkan segala macam penyakit kejiwaan, yang saat ini sedang melanda kita sebagai bangsa, korupsi, suap, tamak terhadap kekuasaan dan harta, saling mencaci, menghina. 

Dan mirisnya semua itu terjadi di berbagai kalangan, dari elit, alit dan tidak terkecuali tokoh-tokoh yang mengklaim dirinya alim ulama, yang seharusnya merangkul dan mewasiatkan akan kebenaran, semua mencari ke-Aku-annya masing-masing, saling beradu kepintaran, tidak segan menghardik yang dianggap bebal, sama sekali jauh dari makna proses penyadaran akan kemuliaan hakekat manusia yang fitrah.

Pembacaan Al Quran di awal acara juga menjadi simbol bahwa Al Quran masih dijadikan imam dalam kehidupan ini. Al Quran bukanlah sebatas bacaan individual yang seringkali terlupakan. Seandainya negara dengan segala keterbatasannya memberikan dana khusus untuk penayangan pembacaan murrottal Al Quran di televisi-televisi Nasional setiap hari, alangkah sejuknya bangsa ini. bukankah pembangunan yang Immaterial bukan tidak lebih penting, dibandingkan dengan pembangunan material yang akhir-akhir ini sedang di kebut.

Sedikit cerita!, ada seorang kakek yang tinggal bersama cucunya di pinggiran telaga, pada suatu waktu, sang kakek menyuruh cucunya untuk mengambil air, namun si kakek tidak memberikan ember, tetapi keranjang. Si cucu pun bertanya "kakek, bagaimana bisa saya akan mendapatkan air, dengan keranjang". Si kakek pun menjawab "kamu lakukan dulu saja" perintah si Kakek. Karena patuhnya si cucu kepada kakeknya, si cucu pun berangkat ke telaga dan mengambil air dengan keranjang itu, dimasukkanlah keranjang itu ke telaga lalu diangkat, dan jelaslah tidak ada air yang tertampung. 

Lalu kembalilah si cucu itu kerumah dan menemui kakeknya dengan keranjang itu, "Kakek, lihatlah tidak ada air sama sekali yang bisa saya bawa". Ujar si cucu.  Melihat itu, si Kakek kemudian menyuruh kembali si Cucu untuk mengambil air dengan keranjang itu, dan hasilnya tetap sama. Hingga akhirnya sang cucu terlihat kepayahan, lalu si kakek menyuruh si cucu untuk berhenti, kemudian si Kakek bertanya kepada Si cucu "Apa yang kamu lihat dari keranjang itu, apakah ada bedanya dari sebelumnya?".

 Si Cucu pun menjawab "keranjang itu lebih bersih dari sebelumnya". Kemudian si kekek berkata "Seperti itulah orang yang membaca Al Quran, walaupun membaca dan tidak tahu akan maknanya, Al Quran dengan sendirinya akan membersikan Jiwanya". []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun