"Ok. Sip! Di mana lokasinya?"
"Banjarejo, Pagelaran"
"Siap, Bosque!" sahutku (berlaga youtuber papan atas, Baim Wong)
Sesampainya di tempat tujuan, lagi-lagi si empunya baru saja meninggalkan rumah. Bisa dibayangkan bukan, betapa berharganya kompor gas mini outdoor saat itu?
Kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Masuk desa Srigonco, Canteland Persewaan Tenda menjadi tujuan kami berikutnya. Nahas! Tidak ada satupun petunjuk papan nama di titik koordinat yang kami dapatkan dari Google Maps.
Saya memutuskan untuk melupakan kompor itu dengan membuangnya jauh-jauh dari benakku.
Derasnya hujan dan gelapnya hutan menemani perjalanan kami. Kondisi macet akibat arus balik serta badan jalan yang sempit, membuat saya harus ekstra hati-hati. Jalan menuju pantai benar-benar penuh sesak dari kendaraan roda empat dan roda dua.
Komunitas Offroad, Pickup, Vespa, Honda 80, RX-King dengan suara bisingnya, hingga sikap angkuh saling serobot untuk menguasai marka jalan, acap kali menggangu konsentrasiku mengendalikan kemudi Suzuki Baleno keluaran 97' itu.
Keseimbangan kaki menginjak pedal gas, kopling, dan rem, sementara tangan bertugas mengatur tuas perseneling dan setir menjadi modal utama mengatasi jalanan yang zig-zag dan menanjak.
Sesekali saya meminta istri untuk menjadi kernet dadakan, semenjak ban sebelah kiri jatuh dari aspal. Sebab, bila itu terjadi lagi akan membahayakan mobil jenis sedan seperti milik saya. Beruntung, mesinnya yang berkapasitas 1.600 cc dengan 4 silinder itu, masih cukup tangguh meski usianya tak lagi muda.
Setibanya di pintu gerbang pantai pukul 06.00 petang, suasana tampak lengang. Namun, sampah tampak berserakan seperti usai pergeleran konser musik atau karnaval agustusan.