Sebuah kisah inspiratif, tidak banyak di zaman sekarang manusia yang mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian alam. Salah satunya adalah Petronela Meraudje, akrab disapa Mama Nela, seseorang yang berkomitmen dan mengabdikan hidupnya, secara sukarela, untuk melestarikan alam melalui salah satunya penanaman mangrove. Mama Nela, perempuan adat dari Kampung Enggros, aktif di hutan mangrove selama 10 tahun untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Atas capaian itu, Mama Nela dianugerahi penghargaan Kalpataru 2023 untuk kategori penyelamat lingkungan. Penghargaan ini diberikan setelah Mama Nela bersaing dengan 248 peserta lainnya, baik kelompok maupun individu. Penghargaan tersebut merupakan pengakuan atas segala dedikasinya menjaga mangrove dan lingkungan hidup. Lantas, apa saja gagasan Mama Nela ini untuk kelestarian alam, untuk generasi muda, dan untuk Indonesia? Berikut petikan wawancara Mama Nela dengan Badrud Duja (Kabid KIHI, Kanwil DJKN Papabaruku):
Pewawancara: Selamat siang salam kenal Mama Nela, pada hari ini kami ingin mewawancarai Mama Nela terkait dengan kegiatan dan kontribusi Mama Nela terhadap penanaman Mangrove di Papua, boleh Mama Nela memperkenalkan diri dulu?
Mama Nela: Nama saya Petronela Meraudje saya seorang aktivis lingkungan, lahir di Kampong Engros tanggal 12 Februari 1981, saya lahir dan besar sampai hari ini hidup di Engros
Pewawancara: Mama Nela tinggal di rumah ini?
Mama Nela:Â Situ kampung disebelah
Pewawancara: diseberang?
Mama Nela: Ini kios dan juga sekaligus bengkel
Pewawancara: Bengkel?
Mama Nela: Dulu untuk kios, sekarang saya buat bengkel
Pewawancara: Mama Nela Lahir disini?