Mohon tunggu...
Badroez
Badroez Mohon Tunggu... -

Awak ni apalah...tulisannya gak usah diambil hati. http:/paparafa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lubang jalan, lubang rezeki

11 Juli 2010   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:57 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan jelek dan berlubang, pasti bete kalau harus melewatinya, Apalagi kalau sampai berbulan-bulan tidak diperbaiki. Tapi bagi sebAgian orang, jalan jelek dan berlubang adalah mata pencaharian baru. Yang namanya manusia disaat terjepitpasti ada saja cara mengambil keuntungan dari peristiwa tertentu.

Ini saya temukan ketika saya melakukan survey ke suatu daerah bernama Kilan, bagian dari kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. Setelah menempuh perjalan kurang lebih 15 km dari jalan lintas timur Belilas, kami menemui kondisi jalan yang sangat parah. Jalannya tidak diaspal dan sering dilewati truk pengangkut sawit. Dibeberapa titk ditemui jalan yang sudah menjadi kubangan dan susah dilalui kendaraan baik roda empat maupun roda dua, bahkan kendaraan dengan doubel gardan sekalipun. Namun di setiap titik jalan rusak tersebut, selalu ada sekelompok orang, biasanya pemuda yang mengutip sumbangan kepada pengguna jalan. Ini hal yang biasa sebenarnya, dimana-mana sering saya jumpai seperti itu.

Yang menjadikan saya terperangah sekaligus takjub, ketika bertemu titik ke sekian dari jalan yang rusak. Jalan tersebut rusak sangat parah dan hampir tidak bisa dilewati kendaraan. Di sebelah kanan jalan tersebut sebenarnya bisa dilewati walaupun kondisinya juga tidak terlalu baik, namun anehnya sebagian jalan tersebut di kasih palang seadanya dari kayu dan ditungguin seorang bapak-bapak yang sudah tua.

Salah seorang rekan saya turun memeriksa kondisi jalan dan sekaligus menemui sang Bapak penjaga jalan, untuk memastikan kondisi jalan bisa dilewati atau tidak. Terlihat dari jauh sepertinya ada percakapan yang cukup lama antara rekan saya dan bapak tersebut. Akhirnya palang kayu tersebut dibuka dan kami dipersilakan lewat. Kami yang dalam mobil tidak mengetahui apa yang dibicarakan disana dan kenapa jalan tersebut di palang.

Setelah rekan saya naik ke mobil dan kami melewati jalan tersebut baru lah kami tanya. Ternyata rekan saya tadi membayar Sepuluh ribu rupiah, itupun setelah nego, kepada Bapak tersebut barulah kami bisa lewat. Ha…zaman sekarang, macam-macam saja cara orang mencari duit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun