Mohon tunggu...
Badroez
Badroez Mohon Tunggu... -

Awak ni apalah...tulisannya gak usah diambil hati. http:/paparafa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

LIHATLAH SIM ANDA SAAT ANDA ULANG TAHUN

6 Juli 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Minggu itu aku kembali ke Kota rengat tempatku bertugas setelah weekend an di Pekanbaru, Keluarga sementara tinggal di Pekanbaru berhubung mertua lagi umrah, jadi istriku tinggal dulu disana untuk jaga adik2nya. Sempat terpikir untuk singgah dulu di SPBU Pangkalan Kerinci tempatku biasanya berhenti sejenak untuk ngopi, baru 60 km dari Pekanbaru, tapi mata sudah agak ngantuk, padahal baru jam 16.30 WIB.

Tapi kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan karena takut makin malam di jalan dan tidak sempat nonton bola pikirku (padahal malam itu tidak ada jadwal bola). Perjalanan masih kira-kira 2 jam lagi menuju Rengat. Jalannya kebanyakkan lurus namun berbukit-bukit, disana sini banyak lobang di aspal yang sengaja digali untuk ditambal. Maklumlah, dasar jalan berupa tanah gambut, sehingga banyak aspal yang turun, bergelombang, keriting, dan bahkan keriting berlapis.

Nah..aku akhirnya sampai ke jalan beton, puluhan tahun disini jalan aspal gak bisa bagus, akhirnya jalan tersebut dikeraskan dengan beton, panjang jalannya kira-kira 10 km. Masih diiringi hentakan musik yang berisik dari SOAD dan kecepatan di jalan beton 80 km/jam, suara roda terdengar agak berisik dibanding di jalan aspal.

uppsss....di ujung sana berjejer sekelompok sepeda motor berhenti di pinggir jalan, namun sepertinya mereka bukanlah satu rombongan karena diliat dari gaya, jenis dan usia mereka juga tidak seragam. Mereka terlihat memandang jauh ke arah depan dengan pandangan ragu dan khawatir.  Pantas lah kupikir...dari kejauhan terlihat beberapa orang polantas menghentikan kendaraan lewat, di pinggir jalan terlihat plang dengan tulisan Operasi....ah...tidak sempat membaca lebih lanjut, mobulku sudah melewatinya.

Seorang polisi menyuruhku ke pinggir, tapi kok mobil yang didepan gak disuruh ya, trus mobil di belakangku juga tidak? Padahal aku pakai safety belt. Safety belt tidak pernah pernah lupa kupakai sejak kena tilang 2 kali di pekanbaru gara2 kelupaan pakai. Mungkin karna kaca depanku pakai kaca filem 40% jadi aku gak kliatan makai safety belt kupikir.

"selamat siang Pak, maaf mengganggu perjalanan Bapak", Pak Polisinya ramah, "bisa liat SIM dan STNK nya?" ujarnya lagi. Aku masih tetap tenang, toh aku gak pernah melanggar peraturan, SIM ku ada, STNK ada, Safety belt pakai. SIM ku kukeluarkan dan kuberikan pada Pak Polisi, "Oke, sekarang STNK nya pak?" tanya pak Polisi lagi setelah melihat SIM ku dan menyerahkan padaku. Segera kuambil STNK di dompet gantungan kunci, namun sang Polisi segera berucap, "oke gakpapa pak, silakan lanjut" katanya.

Segera kunci kontak kunyalakan lagi, tapi tiba-tiba..."maaf pak boleh liat SIM nya lagi? Aku heran dan menyerahkan SIM lagi. "Maaf pak SIM Bapak mati ujarnya". Aku segera melihat ke tanggal berlakunya SIM dan....astaga..SIM ku habis masa berlakunya kemarin, kemarin aku kan Ulang Tahun, dan SIM selalu berakhir saat ulang tahun...dan cuma satu hari sejak masa berlakunya SIM habis aku kena razia. "SIM mati sama dengan tidak punya SIM PAk" kata Pak Polisi, "dendanya satu juta atau 3 bulan kurungan, itu berdasarkan UU no 22 tahun bla bla bla..."aku tidak memperhatikan lagi ucapan Pak Polisi. Aku cuma berpikir gimana supaya aku bisa lolos, bayar satu juta untuk SIM yang baru mati satu hari, aku tidak rela, toh walau sudah mati belum bau bangkai pikirku.

"Maaf Pak, enggg...anu...engggg..gimana kalau...maaf pak...saya tidak punya duit sebesar itu" aku gak bisa menyusun kata-kata mau bilang apa. Sebenarnya aku mau bilang damai ajalah pak, berapa saya harus bayar agar tidak ditilang, tapi hati kecil saya kok gak nurut apa yang mau saya bilang. tapi polisi itu ngerti. Ahirnya saya berani juga bilang “Pak, saya ada perlu, saya gak mungkin ikut sidang dan membayar sebesar itu, lagian SIM saya juga matinya tidak lama, baru kemarin, berapa lah saya harus bayar asal jangan sebanyak itu.

Akhirnya setelah aku memohon untuk tidak disidang, polisi tersebut mengizinkan, sebagai rasa "trima kasihku" aku bayar 100 ribu, duh nasib, padahal duit juga lagi gak banyak2 amat. Blum lagi mikirnya buat balik minggu depan, soalnya SIM bisa diperpanjang di Pekanbaru, jadi harus ke Pekanbaru lagi minggu depan buat memperpanjang SIM, artinya masih ada kesempatan buatku untuk ditangkap lagi…..ho….ho…ho. Aku gak habis pikir, setelah 5 tahun SIM kusimpan di dompet dan tidak pernah kena razia, mengapa ketika masa berlakunya habis baru satu hari aku kena razia? Tuhan memang suka bercanda kupikir.

Saran : ada baiknya saat anda ulang tahun, liat lah SIM anda, siapa tau SIM anda habis masa berlakunya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun