"Al-Ujroh Biqodrit-ta'ab/ Hasil berbanding lurus dengan jerih dan payah"
Kalimat itu biasa amat. Hukum alam sebab akibat. Namun menarik diulas lanjut. Ibarat berdagang, "ada harga, ada barang". Semakin mahal, artinya ada kualitas lebih yang dibayar mahal. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Semua diraih oleh pengorbanan: jerih payah. Kemenangan ditukar oleh banyak hal: kegaggalan, kecewa, dendam, kompetisi, dan bahkan nyawa.
Namun, ada teman yang berujar, tradisi "ganjaran" seperti kalimat di atas kayaknya tidak berlaku bagi pegawai negeri kantoran. Gaji mereka, katanya, tak sebanding dengan kerja bulanan yang dilakukan. Itu diamini sendiri oleh pelaku. Bagi saya, mereka itu tidak mendapatkan gaji, namun "bisyaroh" atau bahasa lain menyebutnya: bebungah/gaji gembira atas jasa. Seperti para kyai dan ustadz yang mengajar tapi tidak digaji, disebut bisyaroh bila mendapatkan insentif.
Ini belum bicara soal pembelian pemain sepakbola, ada yang mahal, ada pula yang gratis. Belum soal koruptor, yang dapat banyak, dengan cara sangat mudah.
Baca catatan lain M Abdullah Badri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H