Hombo Batu (Fahombo)  atau yang lebih dikenal dengan lompat batu di Desa Bawomataluo Nias Selatan (Nisel) ternyata bukan sekedar tradisi namun ditemukan memiliki life history yang belum banyak ditemukan orang.
Hal ini dikatakan Dina Maulina, Selasa (11/6/2019), seorang calon antrpolog  yang ikut dalam kompetesi PKM PSH Universitas Negeri Medan (Unimed) ditingkat nasional yang lolos didanai Kemenristek DIKTI.
"Kita tertarik melakukan penelitian terhadap Desa Bawomataluo itu lantaran di sana ada sebuah tradisi yang unik dan sangat tua yaitu Lompat Batu. Â Kita menemukan banyak hal menarik yang bisa kita teliti lebih dalam lagi, " kata Dina.
Dina mengaku melakukan penelitian tersebut ditemani seorang  calon antropolog lainnya yakni Argitha Aricindy dan calon pelatih atletik Widyan Pratama sebagai anggota dan seorang dosen Pendamping yakni Dr.Rosramadhana,M.Si
Masih dikatakan Dina penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik observasi participant, interview in deepth serta dokumentasi.
"Penelitian ini kita lakukan dengan tujuan membongkar life history tradisi hombo batu di Desa Bawomataluo Kabupaten Nias Selatan tersebut, " terang Dina lagi.
Desa Bawomataluo adalah desa yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia yakni Bukit Matahari. Sebuah desa di atas bukit yang telah ada sejak berabad-abad lalu dan masih terpelihara dengan baik.
Desa Bukit Matahari kata Dina Maulina, Â terletak di atas sebuah bukit dengan ketinggian 270 meter di atas permukaan laut. Untuk mencapai ke desa tersebut harus menaiki tujuh puluh tujuh anak tangga berbahan batu alam yang tersusun rapi.
"Tetapi anak tangga yang sudah termakan usia hingga ratusan tahun itu hingga kini masih terlihat kokoh dan kuat sekalipun dibangun tanpa campuran semen. Menjulang dengan kemiringan lebih dari 45 derajat," terang Dina.