Mohon tunggu...
Badriah
Badriah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua anak

Orang awam yang berbagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perlukah Takut dengan Kematian?

21 April 2024   08:44 Diperbarui: 21 April 2024   08:49 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa hari lalu saya berusia 56 tahun. Usia yang mendekati ke kematian jika dipandang dari anggapan yang beredar pada kepercayaan Islam. Para penganut Islam percaya bahwa usia pengikut Muhammad SAW tidak akan jauh dari usia Tuanku Rasul Allah itu sendiri, yaitu 65 tahun. Sebagai orang Islam, saya memandang bahwa batasan usia umat Muhammad SAW tidak akan terlalu jauh dari Nabi merupakan alarm pengingat bahwa saya, secara pribadi, memiliki waktu sebanyak 9 tahun ke depan untuk berbuat sebagaimana umumnya manusia hidup di muka bumi,  sebelum ajal menjemput saya.

Kematian merupakan misteri bagi siapapun. Tuhan pun bersabda salah satu hal yang tidak dapat diketahui manusia adalah kapan ajal dirinya akan menjemput. Walaupun kematian itu tetap pada tahtanya yaitu entitas tak terpecahkan, tetapi kematian ketika sudah tiba, secara mudah dapat diketahui dari kondisi biologisnya. Siapapun secara reflek dan tanpa perlu pengetahuan yang tinggi, secara otomatis memeriksa kematian dengan mendekatkan cermin ke hidung orang yang diduga mati. Sedangkan pada film-film, memeriksa kematian dengan cara menekan alur urat darah pada leher. 

Dari kedua cara pengecekan kematian di atas, dapat disederhanakan bahwa kematian ditandai dengan tidak berfungsinya penanda kehidupan yaitu berhentinya napas dan aliran darah. Ketika kedua hal utama penunjang kehidupan biologis ini berhenti, maka secara perlahan tubuh membusuk. 

Kenapa kematian dipandang sebagai hal yang sangat menakutkan? Salah satu jawabannya adalah karena kita tidak tahu mengenai apa itu mati. Selama ini kita hanya menjalankan kehidupan berdampingan dengan kematian. Sebagai contoh, seorang ibu yang sedang hamil, dia tidak mengetahui anaknya akan mati dalam kandungannya. Dia mengetahuinya setelah secara alami anaknya meminta keluar dari rahimnya. Atau, bisa saja, seorang ibu, dengan penuh kehati-hatian, dengan bimbingan ahli kandungan, dinyatakan memiliki bayi yang sehat, dan anaknya lahir dengan sehat pula. Sehat dapat diartikan pula lahir dalam keadaan hidup. Namun, dengan kuasa misterinya kematian, bisa saja, anak yang dinyatakan sehat tersebut, malah mati pada saat proses kelahiran. Kasus lain, mati setelah proses kelahiran. Lahir, hidup sesaat, kemudian mati.

Uraian di atas seolah mengisyaratkan bahwa umur tidak menjadi patokan bagi datangnya kematian. Mati bisa datang pada saat dalam kandungan, pada saat kelahiran, dan setelah kelahiran. Untuk kematian setelah kelahiran, bisa terjadi sesaat setelah dilahirkan, bisa setahun kemudian, lima tahun kemudian, atau bahkan 65 tahun kemudian. Artinya kematian itu sesuatu yang pasti berkaitan dengan usia. Bisa saja berkilah si A mati karena serangan jantung, si B  mati karena kecelakaan, si C mati karena diabetes. Tiga contoh yang diberikan barusan merupakan macam-macam penyebab kematian. Dan itu tidak dipungkiri menjadi penyebab kematian. Namun, hal yang paling umum sebagai penyebab kematian adalah usia. Tidak ada manusia bahkan termasuk makhluk hidup biologis lainnya yang abadi, tidak mati. Semuanya terkena kematian.

Pada masa kini muncul istilah "anti aging", pencegahan penuaan, tapi istilah ini tidak dapat dikaitkan dengan upaya mencegah kematian. Anti penuaan merupakan upaya untuk mencegah penuaan pada penampilan fisik. Hal ini menyiratkan bahwa manusia ingin agar ada keabadian pada dirinya. Pencegahan penuaan seolah ingin menyampaikan bahwa dengan tidak menjadi tua artinya tidak akan mati. Upaya manusia untuk hidup abadi telah banyak dilakukan, salah satunya adalah dengan Krioniks. Krioniks adalah upaya menyelematkan tubuh yang baru saja mati, dengan cara disimpan pada tempat bersuhu  minus 190 derajat C, pembekuan ini diasumsikan dapat membantu kebangkitan kembali, nanti, pada saat manusia, secara teknologi dan keilmuan sudah sampai ke sana. 

Alih-alih kesadaran bahwa kita semua akan mati, kematian merupakan konsep yang sulit untuk diterima. Secara tradisonal mati adalah berhentinya denyut nadi dan tidak adaya napas. Ketakutan akan kematian dikaitkan dengan ketidaktahuan pada kematian dan setelah kematian. Dalam agama Islam ada istilah "akhirat, ada kehidupan baru setelah kematian". Kehidupan baru yang akan menjadi masa keadilan diterapkan, mereka yang pada saat kehidupannya baik, akan menerima surga, dan mereka yang pada saat kehidupannya berbuat tidak sesuai petunjuk Tuhan, akan mendapatkan neraka. Pada agama lain, dikenal adanya 'reinkarnasi' yaitu kelahiran setelah kelahiran, berupa terlahir kembali. Ada pula "kebangkitan"setelah kematian.

Bagi saya sendiri, seorang Islam, kematian menjadi entitas yang menakutkan ketika dikaitkan dengan pandangan bahwa setelah kematian menjadi kehidupan baru yang didalamnya berisi pengadilan terhadap semua tindakan selama hidup. Melihat ke kalimat ini, saya, takut pada kehidupan setelah kematian, bukan pada kematiannya itu sendiri. Takut mempertanggungjawabkan semua ucapan, tindakan, dan pemikiran saya selama hidup. 

Secara singkat, perlukah kematian ditakutkan? Jawaban yang saya sarankan adalah tidak perlu ditakuti karena kematian secara alamiah tidak dapat dihindari. Yang perlu ditakutkan adalah apa yang akan diperbuat mulai hari ini ke depan sebelum mati itu datang. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun