Mohon tunggu...
Badiyo
Badiyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Content Creator

Seneng baca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sesungguhnya, Menulis itu Sulit (4)

10 Maret 2015   18:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Karena banyak orang bilang menulis itu gampang, maka saya pun semangat untuk menulis. Bermodal membaca koran, nonton televisi dan browsing internet, inspirasi pun bermunculan. Ide dan gagasan sudah sudah di kantong. Semangat pun sudah menyala. Tunggu apa lagi. Setelah segala perlengkapan disiapkan termasuk secangkir kopi plus ubi rebus, mulailah saya menulis.

Tak tik tok, tak tik tok, bunyi tuts laptop Toshiba keluaran empat tahun silam. Satu kalimat pembuka lancar. Disusul kalimat-kalimat berikutnya hingga tersusun dua alinea. Begitu masuk ke alinea ketiga, baru satu kalimat mandeg. Dua tiga menit ditunggu-tunggu nggak keluar juga itu kalimat. Buntu. Orang Depok bilang itu namanya Writer’s Block.

Apa itu Writer’s Block? Menurut Brahmanto Anindito dalam tulisannya, “Banyak Jalan untuk Merontokkan Writer’s Blok,” di warungfiksi.net, Writer’s Block adalah fenomena hilangnya secara sementara kemampuan seorang penulis dalam memulai atau melanjutkan tulisannya. Fenomena macet saat menulis ini bukan hanya dialami oleh penulis pemula, bahkan penulis profesional pun pernah mengalaminya.

Mengapa bisa terjadi writer’s block? Mengapa menulis bisa mecet di tengah jalan? Penyebabnya bisa macam-macam. Mungkin karena badan merasa lelah dan ngantuk, karena ada gangguan lingkungan, kurang menguasai masalah, kurangnya data pendukung, ingin tulisan sempurna, kehabisan kata-kata, sedang tidak ada mood dan mungkin masih banyak lagi. Beragam penyebab, maka beragam pula cara mengatasinya.


  1. Badan lelah dan mengantuk, ya istirahat dulu. Jangan paksakan diri untuk tetap menulis.
  2. Gangguan lingkungan yang berisik, hindari tempat itu dan cari tempat yang lebih tenang. Kalau tidak memungkinkan, cari waktu lain untuk melanjutkan menulis.
  3. Kurang menguasai masalah, maka usahakanlah menulis sesuatu yang dikuasai. Jangan menulis sesuatu yang sedang popular, namun tidak menguasainya.
  4. Kurangnya data pendukung. Usahakan sebelum menulis, siapkan data pendukung mulai dari Kamus, Buku Referensi dan lain sebagainya. Jika belum lengkap, sekarang ada mbah Google yang siap membantu.
  5. Ingin tulisan sempurna. Ini adalah penyakit yang bisa menyerang setiap penulis dan harus dihindari. Ingat tidak ada seorang penulis prosesional sekali pun yang menulis langsung sempurna dan spektakuler. Semua butuh proses. Semua penulis ternama telah melalui perjuangan yang berdarah-darah untuk bisa menghasilkan karya yang spektakuler dan best seller.
  6. Kehabisan kata-kata. Ini biasanya karena kurang banyak membaca. Ibarat nafsu besar tapi tenaga kurang. Cara mengatasinya ya harus lebih banyak membaca lagi. Membaca apa saja. Jangan dibatasi agar tabungan kosa kata semakin banyak.
  7. Tidak ada mood. Banyak penulis senior menyarankan agar kita jangan bergantung dan menunggu mood itu datang. Sebagai penulis, kita harus bisa menciptakan dan memenej diri agar mood itu tercipta. Jika tidak bisa juga, ya sudahlah. Tapi bicara tentang mood itu menarik dan tidak cukup hanya dua tiga kalimat. Karena itu, akan menarik jika diulas tersendiri tentang apa dan bagaimana itu mood.


Yang mau menambahkan, monggo dipersilakan dan terima kasih.

Salam Menulis,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun