Dua puluh tiga tahun lalu, Warung Telekomunikasi atau yang lebih dikenal dengan Wartel sedang booming. Hampir di setiap sudut kota atau kampung kita akan selalu ketemu dengan bilik-bilik kaca dengan pesawat telpon di dalamnya.
Tahun 2000-an, bisnis Wartel sangat menjanjikan. Tak heran banyak orang yang punya modal turut ambil kesempatan itu . Termasuk dua rekan kerja saya, patungan membuka wartel. Mereka membuka wartel di kampung Pulo, Beji, di pinggaran kota Depok.
Saya yang gak punya modal menyediakan tenaga untuk menjadi penjaga wartel tersebut. Profesi itu saya jalani selama kurang lebih tiga tahun, dari tahun 2000 hingga 2003. Selama itu saya mendapatkan banyak pengalaman. Saya mengamati berbagai macam karakter dan tipe dari para pelanggan. Mulai dari yang ramah, santun, kasar, hingga tukang bohong alias tukang tipu.
Pelanggan wartel adalah warga sekitar dan orang-orang yang melintas di kampung itu. Para pelanggan terutama warga sekitar memanggil saya “Tukang Wartel”. Apa pun panggilan mereka, saya tetap bersyukur dan menikmati profesi itu.
Ada salah satu tetangga yang karena saking dekatnya, sudah seperti saudara. Mereka adalah suami istri pemilik warung sebelah wartel, asal Mandailing. Anak mereka namanya putri yang saat itu berusia 3 tahun. Saya memanggil mereka Papa dan Mama Putri. Setiap saat, putri keluar masuk wartel. Tak jarang dia makan, minum dan mandi di tempat saya. Putri memanggil saya “Om Wartel” dan memanggil istri saya “Tante Wartel”
Setelah kami berpisah, saya berusaha untuk tetap menjalin silaturahmi. Beberapa kali saya berkunjung yang biasana dilakukan di suasana lebaran. Namun kami sempat lama tak bertemu karena kesibukan masing-masing dan karena pandemi.
Alhamdulillah, lebaran tahun 2023, pandemik sudah mereda. Saya sempatkan berkunjung sambal bernostalgia menikmati suasana kampung jalan Pula Jaya. Napak tilas saat saya menjadi “Tukang Wartel” dua pulh tiga tahun silam.
Pertemuan silaturahmi yang sangat menyenangkan. Sambil melepas rindu kami saling bercerita dan bernostalgia.
“Om Wartel sedang ngopi sambil melayani orang telepon, putri masuk dan menyeruput kopi om wartel sampai habis. Om Wartel belum minum, sudah habis sama si Putri” cerita Mama Putri sambal tertawa lepas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H