[caption caption="Sumber Foto: Adriannisa blogspot com"][/caption]“Pak Risky lagi galau ya, kok update status terus?” kata seorang teman mengontentari status Pak Rizky. Saat membaca komentar itu saya langsung berfikir: kalau saya update status di facebook berarti saya dianggap sedang galau ya. Padahal saya terbilang sering update status facebook. Hampir setiap hari. Bahkan terkadang dalam sehari saya bisa tiga atau empat kali update status. Saya kembali merenung, takut kalau saya nanti dicap sebagai orang yang lagi galau.
Pikiran saya back flash kembali ke awal saat saya sign up, mendaftar atau membuat akun di facebook. Tujuan pertama sejujurnya adalah agar mengikuti tren dan perkembangan jaman. Kalau kata anak muda sekarang agar kekinian. Tujuan berikutnya adalah agar eksis. Menyitir kata-kata filsuf Prancis, Rene Descartes, Cogito Ergo Sum, Aku Berpikir Maka Aku Ada. Demi memenuhi kebutuhan eksistensi diri: Aku Ber-facebook Maka Aku Ada.
Di saat yang sama saya sedang mendalami dunia tulis-menulis dan sedang semangat mempelajarinya. Bagi saya update status adalah belajar menulis. Menuliskan jawaban dari pertanyaan yang ada di kolom status facebook: Apa yang Anda pikirkan sekarang? Mungkin hanya dua, tiga atau empat kata. Namun tetap saja itu namanya adalah tulisan yang dihasilkan dari proses menulis. Soal kemudian tulisan itu bagus atau tidak, itu nomor enam belas.
Pak Rizky dan temannya memang termasuk gen Y alias generasi millennia jadi saya maklum kalau mereka menjadikan facebook sebagai sarana curhat kegalauan. Namun untuk gen X seperti saya nanti dulu. Enak aja saya dibilang galau. Enggak la yau. Kalau pun sedang galau, gen X punya tempat tersendiri untuk melampiaskannya, bukan di medsos seperti facebook. Di mana? Ada deh.
Saat ini kita semua baik generasi baby boomers, gen x, gen y dan gen z sedang hidup di jaman yang sama. Jaman teknologi informasi atau dunia digital. Dunia digital saat ini berkembang begitu cepat. Ada yang mengatakan ini adalah era postmodern yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan dunia digital yang begitu cepat.
Boleh saja gen y menggunakan medsos untuk curhat atas kegalauannya dan gen x memanfaatkannya untuk aktuaisasi diri. Mungkin bagi generasi baby boomers, media sosial adalam sebuah tontonan. Sementara bagi gen z, media sosial adalah alat permainan. Mungkin saja. Satu hal yang pasti adalah dunia digital saat ini dihuni leh empat generasi, baby boomers, gen x, gen y dan gen z.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H