Mohon tunggu...
Badiyo
Badiyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Content Creator

Seneng baca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Golkar Kembali Dipimpin ARB?

30 November 2014   19:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:26 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam Pileg dan Pilpres 2014 lalu di mana Golkar bisa dikatakan gagal, titik lemahnya ada di sang Ketum, ARB. Meski telah melakukan kampanye habis-habisan, elektabilitas ARB yang digadang jadi Capres tak juga naik.

Raihan kursi Golkar pada Pileg menurun meski berada di posisi kedua setelah PDIP. Anehnya meski berada di posisi kedua, tak ada satu pun Parpol yang mau melirik ARB untuk menjadi Capres. Karena itu, bisa dikatakan bahwa ARB adalah sebagai "kartu mati" Golkar.

Hal tersebut sebenarnya sudah diperkirakan para pengamat maupun kader Golkar sendiri, jauh hari sebelum Pileg dan Pilpres digelar. Tak heran jika saat itu banyak kader yang mewacanakan peninjauan kembali pencalonan ARB sebagai Capres Golkar. Namun dengan kekuatan dukungan yang dimiliki, ARB tak bergeming.

Ketika Pilpres akan digelar dan ARB benar-benar gagal menjadi Capres, Golkar berada di persimpangan jalan. Saat itu ada ada dua poros kuat, Prabowo Subiyanto dan Joko Widodo sebagai Calon Presiden. Tak ada piliahan bagi Golkar kecuali harus bergabung ke salah satu kubu tersebut.

ARB berusaha menjajagi kedua kubu tersebut. Awalnya Golkar agak condong ke Joko Widodo. Hal itu terlihat dari beberapa kali ARB dan Jokowi bertemu, Namun tampaknya ada hal-hal yang tidak sepakat sehingga membuat ARB berbalik badan.

Maka tanpa ragu-ragu dan malu, ARB menarik gerbong Golkar ke kubu Prabowo Subiyanto. Meski begitu, ada beberapa kader dan faksi di tubuh Golkar yang berbeda pandangan. Namun secara mayoritas dan dominan, kader Golkar mendukung keputusan ARB bergabung dengan koalisi Prabowo Subiyanto. Bahkan kemudian ARB menjadi pimpinan dari Koalisi pendukung Prabowo Subiyanto yang kemudian disebut sebagai Koalisi Merah Putih (KMP).

Ketika Prabowo Subiyanto kalah dalam Pemilihan Presiden, riak-riak di tubuh Golkar kembali timbul. Beberapa kader Golkar meminta ARB untuk mengevaluasi dan meninjau kembali keberadaan Golkar di KMP. Salah satu alasannya adalah bahwa dalam sejarah Golkar tidak pernah menjadi oposisi dan selalu berada di kekuasaan.

Lagi-lagi ARB tak bergeming dan tetap mengunci Golkar di Koalisi Merah Putih. Maka para kader yang berseberangan dengan ARB pun tidak tinggal diam dan mulai bergerak. Para kader muda terutama menginginkan Golkar segera melakukan regenerasi. Setidaknya ada 7 nama yang ingin maju menjadi Ketua Umum menggantikan ARB. Mereka diantaranya MS Hidayat, Hajrianto Tohari, Zainudin Amali, Priyo Budi Santoso, Agung Laksono, Agus Gumiwang dan Airlangga Hartarto.

Ketika gejolak itu dirasa semakin menguat dan mengancam, kubu ARB buru-buru melakukan langkah-langkah politik untuk mempertahankan kekuasaannya. Langkah politik yang diambil yakni mempercepat Munas yang sedianya dilaksanakan Januari 2015 menjadi 30 November 2014. Hal ini sebagai strategi di mana kubu ARB menganggap bahwa calon Ketum lain belum siap. Sementara ARB dengan kewenangan kekuasaan dan juga mungkin kekuatan dana, sudah sangat siap.

Kubu yang berseberangan dengan ARB menolak dan menentang Munas yang dipercepat yang dilaksanakan di Bali, 30 November - 4 Desember 2014. Sekali lagi kubu ARB yang terdiri dari orang-orang yang keukeuh tak bergeming dan tetap melaksanakan Munas Golkar.

Hari ini, Minggu, 30 November hingga Kamis, 4 Desember 2014 Munas Golkar dilaksanakan. Salah satu agenda adalah pemilihan Ketua Umum. Ada dua pertanyaan yang menarik untuk kita tunggu jawabannya. Pertama, akankah Munas Golkar akan berjalan mulus dan lancar? Kedua, akankah Partai bentukan rezim Orde Baru itu kembali dipimpin oleh ARB, yang pada Pileg dan Pilpres 2014 dianggap sebagai "kartu mati"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun