Mohon tunggu...
BADINUR RASYIDIN
BADINUR RASYIDIN Mohon Tunggu... Freelancer - Trying to reach something

saya adalah gamers dan writer, mencintai segala sesuatu yang pedas :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

What's The Point for Keep on Living

26 November 2019   20:53 Diperbarui: 26 November 2019   21:31 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

melanjutkan hidup adalah sebuah pertanyaan yang terus terngiang didalam pikiran saya. selalu berpikir mungkin menjadi sebuah anugerah tersendiri. atau bahkan menjadi sebuah kutukan yang selalu menghantui. 

hidup selalu memberikan berjuta kenangan manis maupun pahit. saya sudah sering melihat penderitaan dan juga kebahagiaan. hal menarik dari hidup adalah perlahan diri kita akan menjadi tua dan semakin tua. sebelumnya saya akan meminta maaf terlebih dahulu jika ini terlalu kasar. tapi inilah yang selalu ada didalam benak saya dan saya ingin mencoba menuangkan isi pikiran ini sekarang.

pernahkah kalian menemukan orang yang sudah lanjut usia ia begitu miskin tanpa ditemani oleh sanak familynya?. pada akhirnya ia hanya ditolong oleh belas kasihan orang saja?. sebenarnya yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana jika ternyata anda, atau saya beberapa puluh tahun lagi akan menjadi seperti itu. hanya menunggu belas kasihan dari anak atau cucu kita.

tanpa memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri. apakah siklus hidup selalu seperti itu. maksud saya adalah kita saat kecil dirawat setelah beranjak dewasa kemudian merawat kedua orang tua kita. selanjutnya ketika kita tua maka bagian kita untuk dirawat. saya tahu bahwa memang merawat orang tua adalah sebuah kebaikan yang tidak ada duanya.

tapi kenapa siklus hidup harus seperti itu?. atau hanya saya pribadi saja yang kurang bersyukur karena masih memiliki kedua orang tua. dunia memang selalu memberikan ketidakadilan dan juga tragedi didalam hidup saya.  selalu berputar didalam lingkaran yang sama. it's like you cannot walk and step on another part of comunnity.

dari sejak kecil sudah dicekoki berbagai nilai baik dan benar. kemudian setelah dewasa ternyata semua itu adalah nonsens. kemudian diri ini menjadi kembali kosong. seakan tidak ada waktu untuk bersedih raga terus diwajibkan mencari materi. no one have pity on me they just money and money.

why it always about money when comes to my life. family i wonder if i had one ?. i feel like i don't deserve to live.

or maybe it's punishment for all my action in past.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun