Naiknya asam lambung dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya apakah kondisi psikologis turut berperan? Hingga kini, masih ada perdebatan mengenai apakah gangguan psikologis seperti stres dapat memicu naiknya asam lambung. Namun, stres dan penyakit asam lambung diketahui saling terkait. Penting untuk diketahui bahwa penyakit asam lambung, atau yang dikenal dengan gastroesophageal reflux disease (GERD), terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan rasa terbakar di dada. GERD bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Temukan informasi lebih lanjut mengenai GERD dan hubungannya dengan stres dalam artikel ini!
Stres dan Faktor Penyebab GERD
Hingga saat ini, hubungan antara GERD dan stres masih menjadi bahan perdebatan. Banyak peneliti yang masih meragukan apakah stres benar-benar dapat meningkatkan produksi asam lambung atau justru memiliki dampak fisik yang memperburuk kondisi asam lambung. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa saat seseorang mengalami stres, ia cenderung lebih sensitif terhadap jumlah asam dan paparan asam.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1993 dalam American Journal of Gastroenterology menemukan bahwa pengidap GERD yang juga mengalami stres melaporkan gejala yang lebih parah terkait dengan penyakit tersebut. Temuan serupa juga didukung oleh penelitian pada tahun 2008 yang diterbitkan oleh American Gastroenterological Association.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti mengekspos pengidap GERD dengan suara-suara yang dapat memicu stres, dan mereka menemukan bahwa hal ini dapat memperburuk gejala GERD. Para ahli menyatakan bahwa stres dapat membuat seseorang, terutama yang menderita GERD, menjadi lebih sensitif terhadap paparan atau sedikitnya jumlah asam di kerongkongan.
Terdapat juga penelitian lain yang mengaitkan stres dengan GERD. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2009 terhadap lebih dari 40.000 orang di Norwegia menemukan bahwa individu yang melaporkan stres terkait pekerjaan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala GERD. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang merasa puas dengan pekerjaannya memiliki kemungkinan dua kali lipat lebih kecil untuk mengembangkan GERD dibandingkan mereka yang merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka. Selain itu, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Internal Medicine (The Japanese Society of Internal Medicine) melibatkan 12.653 subjek penderita GERD dan menemukan bahwa hampir setengah dari mereka melaporkan stres sebagai faktor utama yang memperburuk gejala GERD, meskipun mereka sedang menjalani pengobatan.
Dengan kata lain, gejala GERD yang diperburuk oleh stres dan kecemasan cenderung lebih parah. Namun, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam jumlah asam lambung pada pasien yang mengalami stres. Gejala yang lebih parah ini diduga terkait dengan dampak stres yang merangsang otak untuk mengaktifkan reseptor rasa sakit.
Hati-hati dengan stres yang disertai kelelahan, karena kondisi ini dapat mempengaruhi tubuh dan berpotensi meningkatkan asam lambung. Meskipun hubungan pasti antara stres dan peningkatan asam lambung belum sepenuhnya dipahami, kedua faktor ini terbukti saling memengaruhi. Stres dapat memperburuk ketidaknyamanan bagi pengidap asam lambung. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola hidup sehat dan mengelola stres dengan baik. Selain stres, obesitas juga menjadi faktor risiko lainnya yang dapat memicu GERD atau naiknya asam lambung. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan tekanan pada perut, yang kemudian dapat menyebabkan asam lambung naik dan memicu gejala. Mengatur berat badan agar lebih ideal bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah gejala penyakit asam lambung muncul lebih sering.
Hati-hati dengan stres yang disertai kelelahan, karena kondisi ini dapat mempengaruhi tubuh dan berpotensi meningkatkan asam lambung. Meskipun hubungan pasti antara stres dan peningkatan asam lambung belum sepenuhnya dipahami, kedua faktor ini terbukti saling memengaruhi. Stres dapat memperburuk ketidaknyamanan bagi pengidap asam lambung. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola hidup sehat dan mengelola stres dengan baik.
Selain stres, obesitas juga menjadi faktor risiko lainnya yang dapat memicu GERD atau naiknya asam lambung. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan tekanan pada perut, yang kemudian dapat menyebabkan asam lambung naik dan memicu gejala. Mengatur berat badan agar lebih ideal bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah gejala penyakit asam lambung muncul lebih sering.
Untuk mengurangi risikonya, penting untuk menerapkan pola makan sehat guna mencapai berat badan yang ideal, serta rutin berolahraga. Bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit asam lambung, kebiasaan berjalan kaki setelah makan dapat membantu menurunkan berat badan, mendukung sistem pencernaan, dan mencegah asam lambung naik ke tenggorokan.
Selain itu, untuk menurunkan risiko GERD, beberapa kebiasaan yang bisa diterapkan antara lain makan dengan porsi lebih kecil, menghindari makan dekat dengan waktu tidur, mengunyah makanan perlahan, serta menghindari makanan yang dapat memicu gejala asam lambung, seperti makanan pedas dan berlemak.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit asam lambung dan hubungannya dengan stres serta obesitas, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter. mencari informasi dapat membuat wawasan kita akan asam lambung dan mengetahui apa saja penyebabnya menjadi tahu, karena banyaknya persoalan mengenai asam lambung dapat kita jumpai dalam berbagai informasi online maupun offline.
Artinya, naiknya asam lambung yang disertai dengan stres dan kecemasan cenderung memperparah gejalanya. Meskipun tidak ada perbedaan jumlah asam lambung antara pengidap yang stres, gejala yang lebih berat ini diyakini terkait dengan dampak stres yang merangsang otak untuk mengaktifkan reseptor rasa sakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H