Dengan beberapa fakta tentang keistimewaan yang dimiliki perempuan dari segi saintis dan wacana kesetaraan gender yang berkembang, membuat kita semua perlu memikirkan nash dalam agama Islam sebagai upaya penjelas bahwa Islam bukan biang keladi ketidaksetaraan dan diskriminasi yang dialami oleh kaum perempuan.
Cukup banyak nash dalam agama Islam yang menjelaskan kesetaraan bahkan kemulian kedudukan seorang perempuan dibandingkan laki-laki. Salah satunya hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwa Rasulullah bersabda, "Barang siapa dikaruniai anak perempuan, dan ia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak menyia-nyiakannya, juga tidak membedakan anak atas anak perempuan tersebut, maksudnya anak laki-laki, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga."Â
Dari hadits ini kita sebenarnya dapat mengetahui bahwa Islam tidak berusaha untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan kecuali yang memang terkait dengan aspek biologisnya. Keistimewaan juga didapatkan seorang wanita ketika dia berada di akhirat. Hal itu disampaikan Abdurahman bin Auf dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah bersabda, "Apabila wanita shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepada wanita tersebut, masuklah ke surga dari pintu surga mana saja kamu mau." Nash ini menunjukkan bahwa wanita memiliki kesamaan untuk mendapatkan apa yang harusnya didapatkan laki-laki juga memiliki kedudukan yang mulia baik di dunia juga di akhirat. Dalam hal karir profesional dan pekerjaan, perempuan tidak dibebankan kewajiban memberi nafkah keluarga, akan tetapi mereka juga tidak mendapatkan larangan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.Â
Menjadikan seorang perempuan boleh dan layak untuk menjadi mandiri dan memiliki jenjang karir yang baik. Sektor keahlian juga menjadi sisi yang diperhatikan dalam Islam sebagaimana sabda Rasulullah berkenaan dengan kehancuran segala sesuatu jika bukan dipimpin oleh ahlinya. Dengan dasar saintifik berkenaaan dengan kecerdasan perempuan, tentu saja banyak ahli-ahli dari sosok perempuan yang menginspirasi dan mampu bekerja lebih baik dibandingkan laki-laki jika mereka diberikan kesempatan yang sama. Namun, budaya patriarki yang masih terus diturunkan dari generasi ke generasi dan belum meratanya meritokrasi di ranah pekerjaan, membuat perempuan seakan-akan menjadi 'opsi kedua' dalam urusan karir dan pekerjaan.
Pada dasarnya Islam memberikan 'tembok' pemisah antara laki-laki dan perempuan bukan untuk mendiskriminasikan perempuan. Perempuan dan laki-laki dalam Islam memiliki kesamaan dalam semua aspek kehidupan mereka kecuali yang terkait dengan ranah biologisnya. Islam mendukung perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi, karir yang baik, dan pekerjaan yang layak sama halnya dengan apa yang dilakukan dan didapatkan oleh laki-laki. Jadi Islam bukanlah biang kerok yang mendiskriminasikan dan merendahkan perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H