Sikap dominan bisa muncul dimana saja. Baik dari kelompok pergaulan, bagian dari studi belajar, relasi pekerjaan, hingga kekeluargaan. Biasanya di samping menguasai suatu kelompok ataupun sudut pandang, manipulasi sering dilakukan supaya target tercapai lebih cepat. Kalaupun memang hal ini masih belum bisa berjalan baik, materi selalu bisa diandalkan dalam keadaan apapun.
Sudah bertahun-tahun pandangan dan anggapan mengenai kecukupan materi tidak pernah habis atau dilupakan oleh waktu. Generasi ke generasi menjadi anak tangga dalam memberikan perspektif yang diperbaharui khususnya dalam hal materi. Mulai dari syarat wajib masuk dan diakui sebuah perkumpulan, mendapat produk secara instan, memperdaya beberapa pihak agar bisa menyukseskan sesuatu, hingga problematika pasangan hidup pun bisa dijadikan objek transaksi dengan materi.Â
Masalah ini bukan lagi menimbulkan kesenjangan sosial, kebutuhan, dan perspektif pada beberapa kelompok masyarakat. Masalah ini sudah memberi tembok pembatas yang tinggi sehingga banyak kelompok masyarakat bisa dinilai secara objektif berdasarkan materi.
Jenjang pendidikan, status sosial, daerah tempat tinggal, jenis pekerjaan, hobi dan gaya hidup dianggap belum cukup menggaris bawahi eksistensi seorang masyarakat di tengah kelompoknya. Apalagi yang sedang berusaha mencapai beberapa hal tersebut otomatis tidak sempat dihitung kemajuan usahanya.Â
Belum ditambah dari cuplikan pelajaran mengenai 'memecah belah dan menguasai' yang tidak bisa dipastikan pemahamannya secara luas. Ditambah juga dengan pemahaman dan pembiaran penggelapan serta manipulasi di beberapa tempat, atau sering diberitakan dalam kasus korupsi tertentu.
Korupsi, apabila dipertimbangkan ketenarannya sudah setara kedudukannya dengan beberapa produk di grosir ataupun pusat perbelanjaan. Pakaian bermerek sekalipun terkadang masih kalah tenar dengan kegiatan ini. Agar tetap bisa berkegiatan di berbagai tempat tanpa harus takut kekurangan materi, terkadang korupsi dilakukan hanya karena rasa ketakutan yang berlebihan. Ketakutan untuk kalah dan bertekuk lutut merasa kalah dengan sesame jenisnya.Â
Tapi hal ini tidak menjadi sandungan sama sekali. Karena sebelum kecukupan materi menjadi bagian pada diri masing-masing orang yang sedang banyak berusaha mencapai, korupsi eksistensi sesama manusia akan terus dilakukan untuk mengurangi pesaing di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H