Mohon tunggu...
Da Backpankers
Da Backpankers Mohon Tunggu... -

Simple Person, Love Travelling and easy going

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Stone Garden: Barisan Terumbu Karang Diatas Gunung, Bandung

9 Maret 2015   00:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:58 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pintu Masuk Stone Garden

Stone Garden merupakan hamparan parade megalitik yang unik dan menawan dengan hiasan batu-batu yang muncul dan tertata secara alami. Penempatan bebatuan yang unik serta ukuran yang berbeda-beda tersebar di kawasan ini. Terletak pada dataran tinggi, di area Stone Garden ini kita bisa melihat panorama yang indah.

Bermula mendapatkan ajakan seorang teman di akhir pekan untuk pergi ke Bandung, saya lantas menjemput Alex menggunakan sepeda motor lalu meluncur ke Sarinah sebagai titik temu tempat berkumpul, suasana cuaca malam itu sangat cerah, seperti biasa hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta begitu sibuk menjelang akhir pekan karena banyaknya orang dan kendaraan yang berlalu lalang.

Tanggal 01 Maret 2015, pukul 00.00 WIB, setelah semuanya berkumpul, kami berangkat menuju Bandung dengan menggunakan mobil Selly, sementara sepeda motor saya parkirkan di samping gedung Sarinah, namun karena kurang orang beberapa teman menghubungi Awi untuk di ajak dan kebetulan malam itu, Awi sedang menuju ke Sarinah dengan menggunakan taksi lalu kami menunggu di luar parkiran belakang gedung Sarinah dan beberapa menit kemudian Awi tiba kemudian naik mobil dan berangkat menuju Bandung dengan 10 orang.

Selama di perjalanan kami bercanda ria dengan membully satu sama lain secara bergantian, hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana yang tidak sepi dan menghilangkan kejenuhan selama di perjalanan, sesampainya di rest area kami beristirahat cukup lama untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang selama di perjalanan, buang air kecil dan membeli makanan dan minuman secukupnya untuk kami konsumsi selama di perjalanan.

1 jam berlalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Bandung, karena lelahnya teman-teman, sebagian ada yang tidur, ada yang hanya memperhatikan jalanan karena sudah habis bahan omongan sehingga suasana menjadi sepi, sementara Alex membawa mobil dengan kecepatan tinggi di areal tol Cipularang, setelah menyalip mobil yang ada di posisi kiri seketika itu juga mobil menjadi oleng ke kanan dan kiri, dan semua teman-teman terbangun.

“Aleeex......Aleeex”, teriak semua teman-teman karena panik.

Saat Alex mencoba mengimbangi mobil yang oleng, suasana di dalam mobil menjadi tegang seketika, untung saja malam itu tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan dan setelah keadaan kembali normal, Alex mencoba menepikan mobil perlahan-lahan dalam keadaan ban kanan belakang pecah, sementara suasana di tol saat itu sedang sepi, setelah posisi mobil berada di tepi tol, kami semua keluar dari mobil untuk mengganti ban yang pecah.

Barisan batu diatas gunung

Setelah keadaan membaik, Awi mengambil alih untuk membawa mobil, namun ukuran ban pengganti sedikit berbeda dengan ban yang lain dan kurang angin sehingga keadaan mobil masih oleng ke kanan, dengan berjalan perlahan-lahan sampai di rest area berikutnya untuk mengisi angin ban kanan belakang lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju Goa Pawon.

Pukul 03.30 WIB, kami tiba di pelataran parkir Goa Pawon meskipun sebelumnya sempat tersasar menuju lokasi, setelah bertanya kepada penduduk sekitar, kami tiba di lokasi dengan kondisi tubuh yang sangat lelah dan udara yang dingin menusuk tulang, kami beristirahat di sebuah pos yang sangat besar untuk beristirahat kemudian memesan indomie dan teh hangat di warung yang tak jauh dari tempat kami beristirahat.

2 jam berlalu sementara langit sudah membiru, kami segera trekking menuju Stone Garden yang berada di atas gunung dan tidak mau melewatkan momen sunrise, dengan sedikit menanjak ke atas yang cukup menguras tenaga karena kurang tidur, kurang lebih 30 menit trekking kami tiba di pintu masuk areal Stone Garden.

Untuk memasuki kawasan ini, para pengunjung dikenakan tarif tiket Rp.3.000/orang, lalu berjalan keatas lagi sekitar 5 menit, tampak dari kejauhan terdapat barisan bebatuan yang bentuknya seperti terumbu karang yang berserakan diatas gunung seakan menyambut kedatangan kami dengan panorama yang sangat indah, sementara sang mentari mulai membiaskan cahayanya dari balik awan.

Stone Garden merupakan hamparan luas dengan batu yang tersusun indah secara alami, jenis batu yang ada di areal ini berbeda dengan batu pada umumnya, tekstur batunya mirip dengan coral yang ada di laut, berabad-abad yag lalu, kawasan ini merupakan sebuah Danau Bandung Purba pada zaman purbakala yang terangkat ke atas dikarenakan gempa yang sangat dahsyat, panorama yang sangat indah terlihat setelah berada di lokasi ini.

Barisan batu yang berserakan diatas gunung

Puncak bukit Stone Garden berada di puncak Gunung Pawon, Kampung Girimulya Desa Gunung Masigit Kec. Cipatat Kab.Bandung Barat, Jawa Barat. Ketinggiaan puncaknya 908 Mdpl, Luas hamparan geowisata ini adalah seluas 2 hektar. Selain akan menikmati batuan artistik indah, kami harus trekking menuju puncak sejauh 1,5 KM. Meski melelahkan kami sangat menikmati setiap lekuk areal ini, bentuk batunya pun sangat beragam, ada yang seperti pintu gerbang, kerang, tugu dan lain-lainnya, batu-batu tersebut terbentuk secara alami.

Setelah puas menikmati areal Stone Garden, kami beristirahat di warung yang letaknya tidak begitu jauh dari loket pintu masuk untuk beristirahat dengan memesan teh hangat dan makan gorengan, setelah itu kami turun ke bawah melalui jalan setapak yang kami lalui sebelumnya untuk ke parkiran, sesampainya di parkiran, beberapa teman ada yang menumpang mandi dan istirahat, sementara saya, Ninuk, Nuren dan Henri berjalan ke Goa Pawon yang letaknya tidak begitu jauh dari parkiran dan tepat berada di bawah areal Stone Garden.

Hanya membutuhkan trekking 5 menit dari lokasi parkiran, kami tiba di mulut Goa Pawon dengan aroma kotoran kelelawar yang menyengat, gua ini ternyata menyimpan misteri kehidupan masa lalu, di dalam gua itu ditemukan 20.250 tulang belulang dan 4.050 serpihan batu yang diperkirakan berusia sekira 10 ribu tahun.

Temuan tulang belulang serta serpihan batu di Gua Pawon, masih berdasarkan perkiraan berasal dari masa perlapisan budaya. Pada masa itu terjadi pelapisan tiga budaya, yaitu masa Mesolithikum, Preneolithikum, serta Neolithikum, yang masing-masing memiliki ciri tersendiri.

Layaknya batu karang yang ada di lautan

Gua pawon terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung. Goa Pawon ini berada di puncak bukit Pawon yang merupakan daerah penambangan batu kapur. Di gua pawon inilah ditemukan kerangka manusia berumur 9.500 tahun yang diasumsikan sebagai nenek moyang orang sunda.

Awal ditemukanya kerangka manusia gua pawon pada tahun 2003-2004 kemudian pada tahun 2013 Tim Observasi Balai Arkeologi Bandung, melakukan Ekskavasi lanjutan situs purbakala dan menemukan kerangka manusia berumur 9.500 serta menemukan sisa pembakaran berupa tanah terbakar dan sisa-sisa budaya seperti obsidian dan fragmen tulang binatang.

Kesan pertama masuk ke Goa Pawon itu aura mistik dan eksotik akan terasa. Goa Pawon ini memiliki ketinggian 601 Mdpl dan memiliki panjang 38 m, lebar 16 m. di dalam gua terdapat rongga-rongga atau ruangan serta dinding gua yang terbuka seperti jendela. Dari jendela tersebut bisa melihat pemandangan yang luar biasa, sawah yang menghampar luas serta pemukiman masyarakat.

Sayangnya dinding dari Goa Pawon ini ditemukan coretan-coretan yang seharusnya di tulis di buku bukan di dinding goa, apa lagi goa ini merupakan situs purbakala yang seharusnya dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.

Batu yang seperti mengapit

Karena aroma kotoran kelelawar yang sangat menyengat dan tidak membawa masker, saya, Ninuk, Nuren dan Henri memutuskan untuk kembali ke lokasi parkiran, sementara Selly dan Tole menuju ke Goa Pawon, sambil menunggu Selly dan Tole kembali, saya merebahkan tubuh di posko tempat kami beristirahat dan tampak beberapa pengunjung yang datang untuk menikmati panorama alam Goa Pawon dan Stone Garden yang terdapat diatas Goa Pawon.

Goa Pawon yang menjadi tempat tinggal manusia purba

HOW TO GET THERE ?

Untuk mencapai lokasi ini, jika anda dari Jakarta menggunakan mobil, jalur yang harus di lalui bisa melewati tol Cipularang, lalu keluar tol Padalarang kemudian belok kanan menuju arah Cianjur, lurus terus ikuti jalan utama sampai melewati pusat oleh-oleh roti unyil, dari roti unyil terus melaju sampai melewati kawasan Tagog Apu perhatikan arah kanan jalan terdapat plang kecil berwarna hitam yang bertuliskan “Menuju Kawasan Goa Pawon”.

Di lokasi ini terdapat 2 pintu masuk, pintu masuk pertama terdapat sebuah plang kecil yang bertuliskan “Menuju Kawasan Goa Pawon” berwarna hitam di sebelah kanan jalan yang langsung menuju ke parkiran areal Stone Garden dan hanya membayar parkiran dan tiket masuk Rp.3.000/orang, jarak beberapa meter ke depan yang merupakan pintu masuk kedua terdapat gapura besar berwarna hitam yang bertuliskan “Selamat Datang” yang berada di sebelah kanan jalan dan langsung menuju parkiran Goa Pawon dengan membayar parkiran Rp.3.000/mobil lalu bayar pintu masuk Rp.5.500/orang, kemudian melanjutkan trekking selama 30-45 menit menuju Stone Garden, sesampainya diatas harus membayar lagi Rp.3.000/orang, jika anda malas untuk trekking ke areal Stone Garden dari pintu masuk kedua, warga setempat juga menyediakan jasa ojek dengan membayar Rp.15.000/orang yang langsung diantar menuju pintu masuk areal Stone Garden yang berada diatas Goa Pawon.

Photo By: Awi, Nurend dan Anggri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun