Beberapa waktu yang lalu komunitas Backpacker Jakarta berkesempatan mendatangi salah satu Goa yang ada diBogor Jawa Barat. Goa itu adalah goa Gudawang, goa yang bagi sebagian masyarakat Jakarta belum terdengar namanya bahkan bagi sebagian temen-temen BPJ yang berasal dari Bogor sekalipun belum mengenal goa ini. Keberadaanya yang cukup jauh terpencil membuat goa ini tidak terekspose media. Goa Gudawang berada di Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Total peserta yang ikut kegoa Gudawang ada 100 orang. Kami meyewa 1 Bus besar kapasitas 60 orang dan juga 4 buang Angkot dari kota Bogor. Untuk bisa sampai ke Goa Gudawang dapat ditempuh sekitar 1-2 jam perjalanan dari kota Bogor. Sedangkan dari Tanggerang jika melalui Parung Panjang dapat ditempuh sekitar 2-3 jam perjalanan.
Menurut penjaga sekitar, goa Gudawang berarti kosong gorowong. Jadi goa Gudawang artinya goa yang kosong, hanya air, stalaktit dan stalakmit di dalamnya. Air yang berada di goa ini Semuanya berasal dari aliran sungai yang bersumber dari Bukit Rengganis.
Namun beberapa versi mengatakan bahwa Gudawang berarti Gudang Uang, karena dulu banyak sarang burung walet di sana yang harganya mahal (sekarang jarang terlihat waletnya). Namun menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Gudawang berasal dari kata “Kuda Lawang” yang artinya buntut/ekor kuda yang dikepang (makin bingung karna gak ada kuda disana heee). Dikawasan Goa gudawang ada 3 Goa yang bisa kalian datangi.
Goa pertama yang kami datangi adalag goa Sipahang karena goa ini goa yang paling panjang mengingat kami mengejar waktu yang sudah mulai beranjak siang. Panjang goa sekitar 750 meter hampir 1 km dalamnya. Didalam goa ini banyak sekali pemandangan yang menakjubkan yang bisa dilihat baik itu stalaktit maupun stalgmit. Bahkan dibeberapa bagian goa, pengunjung bisa menyaksikan ribuan kelelawar yang bergelantungan.
Biasanya kelelawar ini akan keluar sekitar pukul 6 sore untuk mencari makanan dan akan kembali kesarang sebelum matahari terbit untuk istirahat. Keberadaan kelalawar yang ada digua ini menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau inilah yang menyebabkan mengapa diberi nama Sipahang. Dalam bahasa sunda artinya bau yang menyengat seperti bau kotoran kelalawar.
Didalam goa Sipahang ada aliran air yang cukup panjang. Untuk menyusuri goa yang gelap gulita inipun pengunjung wajib didampigi oleh guide mengingat goa ini berliku2 dan banyak cabangnya. Kita harus melewati air yang dalam diatas lutut bahkan ada beberaa bagian yang dalam airnya seinggang. Tak hanya itu kita juga akan merangkak membungkuk hingga dengkul menyentuh tanah karena persimpangan gua yang sempit. Pada saat musim hujan biasanya goa ini dilarang untuk dimasuki pengunjung. Karena sekitar tahun 2004 ada 2 orang mahasiswa pecinta alam yang tewas tenggelam di goa Sipahang ini.
Goa kedua adalah Goa Simenteng. Goa ini sudah mengalami pemugaran baik bentuk maupun strukturnya, hal ini dikarenakan ada akses buatan berupa tangga yang menuju kedalam goa dan jugaadanya penerangan disepanjang goa. Untuk itu pengunjung tidak perlu menggunakan headlamp / senter untuk masuk ke dalam goa ini.
Namun dibeberapa bagian gua ada genangan air yang cukup tinggi terlebih dimusim hujan sehingga harus berhati2 ketika berada didalam gua ini.