Mohon tunggu...
Bachtiar Fatur Rohman
Bachtiar Fatur Rohman Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung TA 2017.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Viral" yang Memutar Akal

28 Juli 2018   10:27 Diperbarui: 28 Juli 2018   10:53 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Viral" yang Memutar Akal (alat wajib menjadi terkenal, melupakan orang-orang yang tidak diviralkan)

Kata "viral" mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, viral artinya sesuatu yang sangat cepat menjadi populer di kalangan pengguna internet dengan cara mempublikasikan sebuah kejadian atau peristiwa, misalnya foto, video atau informasi lainnya. Seseorang atau sebuah kejadian yang tengah viral biasanya akan sangat cepat menyebar dan mendapatkan banyak sorotan dari masyarakat, baik itu tanggapan positif maupun negatif.

Sayangnya, viral seakan menjadi trend bagi kalangan remaja saat ini jika ingin mendapatkan popularitas. Banyak anak muda melakukan apa saja hanya untuk menjadi viral, sedangkan cara yang mereka tempuh untuk menjadi viral tidak sesuai, bahkan melanggar norma dan etika. 

Jika kita melihat kebelakang baru-baru ini publik dihebohkan dengan pemblokiran aplikasi (TikTok) yang banyak mendapatkan pengaduan karena kerap memberikan konten negatif kepada masyarakat, baik anak dikecil hingga remaja.

Pengaduan ini berisi bahwa aplikasi tersebut menampilkan beberapa konten atau video negatif yang mampu mempengaruhi anak dan kemungkinan besar anak tersbut akan menirukan apa yang ditontonnya. Banyak adegan tidak senonoh yang muncul dalam aplikasi TikTok tersebut yang dilakukan oleh remaja bahkan anak dibawah umur, dengan bertujuan agar menjadi "viral".

"Viral" seakan menjadi salah satu cara wajib agar seseorang ingin menjadi terkenal, ini dilakukan dengan cara kita harus menyita perhatian orang lain yang melihat. Baik dengan "prestasi" kita maupun dengan "tindakan konyol" adalah salah satu pilihan kita ketika ingin menjadi viral. Pengguna internet mempunyai andil besar dalam proses penyebar luasan sebuah peristiwa ini, seakan-akan mereka ingin sebuah kejadian yang menarik harus dilihat oleh semua pengguna internet lainnya.

"Viralkeun", "Share... biar viral", "viralkan biar pemerintah tau" adalah kalimat yang dilontarkan oleh netizen. Nyatanya ketika seseorang menjadi viral, banyak feedback yang dia terima dan itulah alasan mengapa semua orang ingin viral. Seperti yang kita tahu viral dibagi menjadi viral yang positif dan negatif, prestasi seseorang yang menjadi viral adalah salah satu contoh viral yang positf. 

Namun kenyataannya viral yang berbau hal pendidikan seperti "Viral! Mahasiswi Juara 1 Lomba Matematika Tingkat Nasional", "Viral Kota Yogyakarta Mendapatkan Perolehan Nilai SBMPTN Tertinggi Di Indonesia" dan lain lain, seolah tidak mendapatkan perhatian yang lebih dari masyarakat. Inilah mengapa fenomena viral harus memutar akal kita, apakah ingin viral dengan cara baik atau dengan cara yang tidak masuk akal.

Penulis memberikan 3 alasan mengapa remaja sekarang sangat ingin menjadi viral, yaitu : 

1). Ingin dikenal banyak orang, baik dengan cara positif maupun dengan cara yang negatif. Yang penting harus menyita perhatian pengguna internet, seolah menjadi obsesi remaja kini ingin menjadi terkenal. 

2). Kurangnya apresiasi dari lingkungan, seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungan sekitar baik sekolah maupun rumah cenderung akan menuangkan kreativitas atau menyampaikan semua isi hatinya di internet. 

3). Ingin mendapatkan feedback positif, tidak jarang seseorang yang tengah viral akan menjadi buah bibir media.

Di Indonesia sendiri, mem-viralkan adalah sebuah hal wajib jika ingin mengubah kehidupan seseorang, seperti fenomona Muhammad Zohri yang baru-baru ini viral karena memenangkan kejuaraan lomba lari international. Dia menjadi viral karena prestasinya tentu juga karena kondisi latar belakang keluarganya yang menjadi sorotan publik. Setelah viral, kehidupannya sangat berubah karena banyak sekali bantuan-bantuan mengalir untuknya. Sayangnya, berbanding terbalik dengan atlet-atlet yang berprestasi jauh sebelum fenomena Muhammad Zohri dengan kondisi latar belakang yang sama namun tidak mendapatkan perhatian pemerintah. Karena tidak di-Viralkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun