Mohon tunggu...
Bachtiar Fatur Rohman
Bachtiar Fatur Rohman Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung TA 2017.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setan Warnet (Born To Be a Gamers)

27 Juli 2018   21:11 Diperbarui: 27 Juli 2018   22:15 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"eh tunggu pak, maaf ada apa ini" tanya pemilik warnet yang meredakan amarah ayah gua.

"siapa kamu? Saya ayah dari Oman, dia mau saya bawa pulang" jawab ayah gua kepemilik warnet dengan tatapan sangar.

"oh iya pak saya tahu, tapi maaf biar saya jelaskan beberapa hal agar bapak mengerti" jelas pemilik warnet itu kepada ayah gua.

Sontak ayah gua yang bingung perlahan ingin mendengarkan penjelasan dari perkataan pemilik warnet ini, dan ternyata pemilik warnet ini menjelaskan bahwa gua selama main diwarnet bukan cuman mainnya aja. Tapi juga ikut beberapa turnamen yang memenangkan hadian uang tunai, yang mana mengubah pandangan ayah gua bahwa bermain game bukan hanya menghamburkan uang.

            Sesampainya dirumah, ayah gua minta maaf atas perlakuannya diwarnet tadi, dia faham betul mengapa gua sering bolos kewarnet. Gua juga jelasin semuanya kedia, dan gua juga jujur kalo gua emang sering ikut turnamen dan kompetisi mewakili warnet tadi dan sering dapet uang. Ayah gua perlahan udah gak keras lagi kegua, bahkan kalo gua mau kewarnet gua jujur kedia dan terang-terangan meskipun dia masih sering negur untuk jangan pulang malem.

            Waktu berlalu, semenjak gua sering ikutan turnamen dan kompetisi game, gua udah jadi orang yang disegani baik disekolah, diwarnet maupun di kota gua. Yaaa... mereka menyegani gua karena gua jago bermain game, dan sering ikut turnamen game. Mereka menjuluki gua SETAN WARNET, definisi dari seseorang yang menghabiskan hidupnya diwarnet untuk bermain game dan menganggap bahwa warnet adalah rumahnya. Karena buat gua "Sesuatu yang membuat gua nyaman dan tenang, gua sebut rumah. Dan warnet adalah tempat ternyaman buat gua".

                Waktu seolah berjalan begitu cepat ketika kita sedang merasa bahagia, bukan begitu? Itulah yang gua rasakan ketika gua sedang bermain game. Menghabiskan waktu 5-8 jam dalam sehari untuk bermain game adalah hal yang biasa gua lakuin dan malah selalu merasa kurang, mengabaikan semua resiko yang kemungkinan besar menghampiri. Seperti radiasi layar monitor yang dapat merusak mata dan juga resiko terkena magh besar karena kebanyakan orang ketika bermain game lupa untuk makan.

            Menjadi SETAN WARNET kaya gua tentu tidak lah benar, mengabaikan semua tugas sekolah bahkan membangkang kepada kedua orang tua. Sangat tidak patut untuk dicontoh, gak jarang gua sering dipanggil guru BK pas kelas 2 SMP. Banyak nilai yang harus perbaikan dan juga absensi yang bolong-bolong yang bikin gua hampir gak naik kekelas 3, disitu guapun frustasi sama tugas-tugas remedial yang harus gua kerjain kalo mau naik kelas dan orang tua gua semakin marah kegua.

"kamu disekolahin tapi kelakuan kaya anak berandalan, niat sekolah gak sih kamu?" bentak ayah gua ketika liat nilai rapot gua yang jelek.

"iya yah, Oman minta maaf. Oman janji gak akan ngulangin" jawab gua sambil nunduk.

"halah!" (lempar rapot gua kelantai) "ayah gak mau tau, kalo kelas 9 nanti kamu gak ada perubahan, sekalian aja kamu keluar dari sekolah terus jadi anak berandalan sana! Ayah udah gak mau ngurusin kamu lagi" lanjut ayah gua sambil bentak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun