Mohon tunggu...
Bachtiar Adnan Kusuma
Bachtiar Adnan Kusuma Mohon Tunggu... Penulis - Tokoh Nasional Literasi dan Penerima Penghargaan Tertinggi NJDP Perpusnas RI

Hobi membaca dan menulis fokus Literasi dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Parenting Literasi

16 Juli 2023   07:48 Diperbarui: 16 Juli 2023   08:01 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parenting Literasi
Oleh: Bachtiar Adnan Kusuma

Parenting Literasi yang penulis maksudkan mengurus pengembangan literasi adalah mengurusi sebuah mega proyek. Membangun literasi sejatinya membangun peradaban. Meskipun begitu, mulailah dari hal yang sederhana. Jangan berfokus pada akhir perjuangan literasi, bagaikan istana megah yang sulit dibangun. Pandanglah literasi seperti keping-keping kecil batu pualam yang menyusunnya. Pada kepingan mana kita mau memberi sumbangsih. Tidak perlu muluk-muluk dalam mengembangkan literasi, mulailah dari keluarga sendiri. Itu semangat yang berusaha saya gariskan dalam gerakan dan pengabdian saya sebagai pegiat literasi

Mulai dari yang Sederhana

Energi literasi sudah menyala, tugas selanjutnya adalah menjaganya agar tetap berkobar. Caranya? Mulailah dari hal-hal kecil. Tularkan energi literasi pada orang-orang terdekat. Itulah yang penulis ditawarkan Parenting Literasi, yang penulis tulis dan melihatnya bahwa  penggiat literasi tugas utamanya bekerja ikhlas, tanpa pamrih dan tanpa berharap imbalan penghargaan ataupun penghormatan.

Keluarga memang menjadi unit terkecil dalam masyarakat. Bukan karena dia unit terkecil, maka kecil pula pengaruhnya. Persoalan sosial yang ada di masyarakat, biasanya berawal dari tatanan keluarga yang rapuh. Juga sebaliknya, keadaan masyarakat harmonis, pasti lahir dari keluarga nan tentram.

Jika ingin memajukan literasi di tengah masyarakat, mulailah dari unit terkecil: keluarga. Penulis dengan berbagai pengalaman lapangan dan pengalaman akademi literasi nasional, menggambarkan tentang potret keluarga yang berliterasi. Selain dipenuhi perabotan rumah, ruang-ruang keluarga juga dipenuhi jejeran buku beraneka tema. Anak-anak tidak hanya sibuk dengan gawai, tapi mereka lebih antusias membalik-balik lembar buku.

Dua Pembahasan

Jika dibagi dalam dua bagian besar, Parenting Literasi memuat buah pikir dan jejak pengalaman penulis sebagai seorang pejuang literasi. Ide-ide kreatif yang sederhana, menjadi ciri khasnya. Misalnya, penulis pernah menggagas "Gerakan Membaca 15 Menit". Ya, waktu yang tidak terlampau lama, hanya 15 menit. SMA Negeri 17 Makassar adalah sekolah yang pernah menerapkan konsep ini. Setiap hari siswa diwajibkan membaca 15 menit saja di perpustakaan sekolah, pada 2012 yang lalu.

Parenting Literasi, yang penulis dikisahkan ketika membuat sebuah terobosan, lagi-lagi dalam bentuk gerakan, namanya Gerakan Ibu Sayang Buku Sulawesi Selatan. Ibu-ibu yang biasanya identik dengan urusan domestik rumah tangga, di mata penulis mereka sangat potensial dalam membesarkan gelombang literasi. Apalagi untuk perkara membangun peradaban. Wanita adalah komponen penting. Wanita, kelak bila dia telah menjadi ibu, maka sejatinya dialah pendidik dunia. Bila generasi muda ini hancur, maka salah satu yang paling patut terkena getah adalah ibu.

Dari sekian banyak ide-ide segar pengembangan literasi yang penulis gagas, salah satu yang paling inovatif adalah perpustakaan lorong. Berawal dari mencermati tata ruang Kota Makassar yang banyak memiliki lorong, muncullah gagasan untuk membuat perpustakaan di lorong-lorong Kota Makassar. Perpustakaan lorong, ide yang telah terejawantah dalam aksi nyata, membuat penulis mendapat banyak sorotan. Dalam pikiran saya  ada keinginan besar keinginan mengikuti jejak John Wood. Seorang tokoh literasi dunia yang punya sekitar 7.000 perpustakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun