Mohon tunggu...
Boy Mirza
Boy Mirza Mohon Tunggu... -

menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Sini (Bukan) Pertama Kali Bersemi

10 Oktober 2016   17:04 Diperbarui: 20 November 2016   06:20 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : boymirza

Embun pagi. Embun pagi membangunkan dari mimpi, embun pagi pengganti malam, embun pagi memulai hari. Embun pagi pada jiwa tujuh puluh satu tahun lalu yang meresap hangatkan jiwa hingga kini. Jiwa-jiwa yang tak dapat disanding, jiwa yang tak berbenih pamrih, semangat yang tak pernah sirna dengan segala tantangan dan keterbatasan yang dilakukan untuk Indonesia, terhadap dunia juga kepada generasi-generasi yang belum terlahir pada artian yang luas. Tentu tidak sedikit pembelajaran dan arti positif yang dapat diresap guna sebagai bekal dalam perjalanan.

Dalam ruang yang panas dapat diredam menjadi sejuk. Suara, teks, gambar, suara gambar gerak dapat melintas kota, pulau, negara, benua. Namun perkembangan tersebut tak membuat saya tebuai, tidak membuat saya terlena dan berhenti berjalan. Bukan, bukan kehadiran tanpa salam yang silam, bukan juga sebelum-sebelumnya, juga bukan puisi-puisi di kertas yang mulai coklat dalam monolog kerinduan tak bertepi pengiring senyum apabila saya mengenang, apa kerinduan itu masih terjaga?. Setelah malam berganti surya berpendar dalam perjalanan melalui lautan menggunakan kapal tradisional nelayan setempat, tidak sedikit saya bertanya pada beliau nelayan yang belum berusia 35 tahun tentang laut. "Kadang buat dipasar kurang.. misalnya hujan deras belum bisa melaut". 

Tak terasa hampir delapan jam perjalanan melalui lautan telah mengantar saya bersama teman-teman melihat beberapa gugusan terumbu karang yang menumbuhkan rasa takjub saya pada keindahan bawah laut. Memindahkan barang bawaan dari kapal nelayan kerumah warga setempat dimana tempat saya dan teman-teman bermalam kemudian mempersiapkan beberapa jenis ikan laut berprotein tinggi tinggi serta lalapan yang menjadi menu malam saya bersama temen-teman.

Usai santap malam menggugah saya merenung pada keinsafan dalam tiap waktu yang mengantar saya bersama teman-teman tiba di Teluk Kiluan. Permukaan laut yang tak henti mengalun, beberapa jenis ikan laut yang berprotein tinggi serta lalapan menu hidangan malam saya bersama teman-teman hingga keindahan bawah laut yang tak tergambar dengan kata-kata.

Semoga perjalanan melalui lautan yang telah saya alami dapat bermanfaat positif luas, hingga pada satu saat pada umumnya dapat melihat apa yang telah dilakukan untuk kemudian meneruskan perjalanan dalam partisipasi membangun pada pekerti konstruktif dan artian positif yang luas. Selamat bertambah usia Indonesia yang ku cinta.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun