Dua puluh lima tahun lalu ketika melewati kawasan Alam Sutera rasanya seperti daerah pinggiran yang sepi. Saat itu suasananya masih sepi dan gelap. Namun situasinya berbeda dengan saat ini. Kawasan Alam Sutera telah menjadi magnet bagi warga Tangerang Raya.
Seperti logo Alam Sutera sendiri, telah bermetamorfosis dari ulat sutera menjadi kupu-kupu sutera yang indah. Kupu-kupu yang terbang tinggi. Sebenarnya nama Alam Sutera terkait dengan kegiatan induk perusahaan yaitu Grup Argo Manunggal, yang bergerak di bidang tekstil. Alam dimaksudkan bahwa pembangunan rumah akan dekat dengan alam. Â Â
Dulu apa pameo, jika ingin beli rumah perhatikan 3 aspek yaitu: lokasi, lokasi, dan lokasi. Padahal selain itu ada tiga hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu: akses, healthy living, dan high investment return.
Kehidupan kota metropolitan yang serba cepat menuntut kita untuk terus bergerak cepat. Namun kadang hal ini tidak diimbangi dengan akses menuju tempat kerja. Kemacetan membuat banyak orang menjadi stress.Â
Sebab itu Alam Sutera sangat memperhatikan akses para penghuninya. Selain dapat diakses melalui Jalan Raya Serpong dan Jalan Bhayangkara/Graha Bintaro dari Tangerang dan Serpong, Alam Sutera juga memiliki akses tol dari dan menuju Jakarta (berada di Km. 15+400) Â sehingga mudah dijangkau dari Jakarta.
Saat memasuki gerbang Alam Sutera, suasana terasa berbeda. Dari suasana hiruk pikuk Kota Tangerang menjadi nuansa hijau nan menyegarkan. Jalan di kawasan juga lebar-lebar. Untuk jalan arteri lebar jalan bervariasi mulai dari 36, 47, hingga 60 meter. Sedangkan untuk jalan kolektor primer lebar jalan  26 meter. Dibandingkan pengembang lain di wilayah Tangerang Raya, kondisi jalan Alam Sutera jauh lebih baik dan lebih lebar.
Belum lagi pepohonan di kanan kiri jalan, seolah kita masuk ke dalam sebuah terowongan yang asri. Tak heran bila jalan utama di Alam Sutera disebut juga sebagai green tunnel. Sepanjang jalan di kanan kiri berderet pohon trambesi yang rindang dan menyejukkan pandangan mata. Â
Selain itu satu batang batang pohon Trembesi mampu menyerap 28.442 kg karbondioksida (CO2) setiap tahunnya. Bandingkan dengan bambu yang menyerap karbondioksida 12 ton per tahun atau beringin yang "hanya" menyerap 500 kg karbondioksida per tahunnya. Â Â
"Ah takut pohon roboh. Â Usia pohon 'kan terbatas bro," kata teman saya ketika ikut berolah raga di Alam Sutera.
"Jangan salah. Â Usia pohon trambesi bisa lebih dari 100 tahun, bahkan ada yang menyebutkan bisa mencapai usia 500 tahun."
Itu baru pohon trambesi. Padahal di Alam Sutera masih banyak jenis pohon lain macam Flamboyan, Eucalyptus, Kamboja, Fir Sumatera, dan White Wood Camouflage. Jumlahnya mencapai lebih dari 10.000 pohon dan tersebar dalam cluster, jalan utama, dan sekitar area Alam Sutera. Secara tidak langsung Alam Sutera mengajak warganya untuk selalu dekat dengan alam.
Beberapa kali kami berpapasan dengan orang sedang olah raga lari, baik tua maupun muda. Mereka terlihat berolahraga sambil menikmati suasana alam. Apalagi kawasan Town Center Alam Sutera memiliki jalur hijau sepanjang 5,3 km yang dilengkapi dengan lintasan untuk lari dan jalur bersepeda.
Fasilitas ini tak hanya dapat dinikmati oleh penghuni Alam Sutera tetapi juga masyarakat. Di setiap 500 meter juga disediakan kursi taman bagi warga yang ingin beristirahat pada saat berolahraga. Jika ada gangguan keamanan atau bantuan, ada yang namanya panic button setiap jarak 500 meter yang sangat berguna dalam keadaan darurat. Â Â
Selain itu, CCTV yang tersebar juga membantu untuk mengindetifikasi suatu peristiwa.  Sebanyak 126 Closed Circuit Television (CCTV) yang tersebar di Alam Sutera terintegrasi  dengan Alam Sutera Command Center (ASCC), sehingga seluruh kawasan dapat dipantau secara real time.
Ya, saya jadi ingat teman saya Juned. Â Dua minggu lalu ia lari pagi di sekitar kawasan Cimone. Niatnya bagus, ingin sehat. Ujung-ujungnya malah masuk rumah sakit. Tahu sendiri kawasan Cimone banyak angkot dan motor, serta tidak ada trek khusus untuk lari. Jadi sangat rawan terserempet kendaraan. Â
"Nanti ajak Juned saja berlari di sini," ujar saya yang diamini teman-teman.
Ketika kita mengitari kawasan utama Alam Sutera, terlihat lingkungan begitu bersih dan tak terlihat ada sampah menumpuk atau berserakan. Masalah sampah juga menjadi perhatian pengembang. Saat ini untuk sampah Alam Sutera belum ada unit pengelolaan sendiri dan masih ikut pengelolaan sampah milik Pemda. Secara rutin sampah perumahan diangkut mulai pukul 7 hingga 9 pagi. Â
Sedangkan ketersediaan air di Alam Sutera dipasok dari Sungai Cisadane dan Sungai Cipondoh yang terlebih dahulu ditampung di reservoir untuk diolah di pusat pengelolaan air Alam Sutera yang bertujuan agar kualitas air layak utuk digunakan oleh pengguna Alam Sutera baik disalurkan ke area perumahan, area komersial, area perkantoran, dan area pendidikan
Water treatment plant (WTP) Alam Sutera memiliki lima pusat pengelolaan air yang masing-masing memiliki delapan buah reservoir di Pusat Pengelolaan Air Alam Sutera atau WTP dengan kapasitas 200 l/detik reservoir.
Selain itu, untuk kawasan hunian, Alam Sutera menyediakan sumur resapan, grease trap, dan biological septic tank yang membuat sebuah hunian sangat ramah lingkungan. Seluruh penerapan tersebut yang menciptakan kehidupan di Alam Sutera semakin berkualitas, nyaman, aman, sehat dan bermanfaat lebih bagi warganya.
Kawasan Alam Sutera memiliki 60% lahan jual dan 40% lahan untuk fasos/fasum, di mana 20,11% dari lahan fasos/fasum merupakan ruang terbuka hijau dalam bentuk danau, taman di dalam dan luar klaster, maupun area pepohonan di sepanjang Jalan Utama Alam Sutera. Â
Saat Bapedal (Badan Pengendali Dampak Lingkungan) mengukur baku mutu timbal di udara di Alam Sutera belum lama ini, kadarnya hanya 0,24 micron gram/nano meter kubik (nm3), jauh di bawah standar WHO dan pemerintah (masing-masing 0,5 dan 2 micron gram).
Bangunan komersial juga  mulai tumbuh pesat.  Beberapa bangunan masih dalam tahap pengerjaan. Ada Paddington Heights, lokasinya sangat strategis hanya 2 menit dari dan menuju pintu tol Jakarta-Tangerang. Dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran, seperti Synergy Building, The Prominence, dan Alfamart Headquarters, Gedung Saumata, dan Universitas Bunda Mulia.
Selain itu, tercatat ada sekitar 13 hunian vertikal yang tersebar di wilayah Alam Sutera. Di Alam Sutera bisa kita temui masjid, gereja, vihara, bahkan pura. Â Jadi selain sehat jasmani, rohani juga harus sehat. Bangunan peribadatan ini ada di area Alam Sutera.
Alam Sutera berusaha menghadirkan berbagai fasilitas berkualitas premium mulai dari pendidikan, hiburan, kesehatan, hingga pusat perbelanjaan telah hadir dan kian melengkapi kawasan ini. Tak aneh bila saat ini sudah sekitar 80 persen lahan di Alam Sutera tergarap.
Dari sini terlihat, bahwa sebagai pengembang Alam Sutera berkeinganan membangun kawasan permukiman bukan hanya sebatas layanan untuk kegiatan perumahan. Alam Sutera juga menyediakan sarana pendidikan, perkantoran, dan berbagai fasilitas umum yang dibutuhkan oleh warganya dan masyarakat sekitar dalam konteks layanan skala nasional maupun internasional. Â Â
Jangan lupa ke Ikea, satunya-satunya cabang perusahaan furniture dari Swedia yang berada di Indonesia hanya ada di Ikea. Dulu saya kalau liburan ke Kuala Lumpur bela-belain diri untuk cari barang ke Ikea. Sekarang tak perlu jauh-jauh, di Tangerang juga ada. Cape berolahraga, kami rasanya terlalu letih untuk berlari kembali ke pintu masuk Alam Sutera.
"Di sini tidak ada angkot, apa tidak naik taksi saja?"
"Lho sekarang 'kan sudah ada Sutera Loop," ujar saya yakin. Sebelum saya sudah pernah naik kendaraan ini.
"Apaan tuh?" Â Â
"Itu lho mobil khusus untuk mengantar dan menjemput di area Alam Sutera, khusus untuk mereka yang tidak membawa kendaraan. Tarifnya pun murah. Hanya 5.000 rupiah saja sekali jalan."
Suteraloop merupakan internal shuttle di Alam Sutera yang menyediakan 4 pilihan jalur Merah, Biru, Hijau, dan Kuning, yang menghubungkan seluruh area di kawasan Alam Sutera mulai dari kawasan residensial hingga komersial. Untuk mengetahui estimasi waktu kedatangan, penghuni dapat mengetahui posisi bus dengan mudah melalui aplikasi yang dapat diunduh melalui https://www.shuttle.alam-sutera.com.
Ngomong-ngomong, saya sendiri kok tidak tinggal di Alam Sutera? Nanti dibilang Talk Only alias ngecap doang. Bukan apa-apa, saya juga sedang menabung agar bisa membeli hunian di daerah ini. Namun permasalahannya, harga perumahan di Alam Sutera terus melambung. Bahkan lebih tinggi dibandingkan perumahan lain di sekitarnya.
Rumah yang saya tempati sekarang saja kenaikan harganya tak sepesat Alam Sutera. Demand banyak tetapi supply terbatas. Sebab itu banyak orang memilih Alam Sutera, selain sehat juga sebagai investasi masa depan. Prinsip I stay here, I grow up here, and I success here, sepertinya ingin diwujudkan oleh Alam Sutera.
Pendekatan ecology planning method diimplementasikan melalui pembagian zona area antara area residensial, komersial, dam fasilitas umum berdasarkan faktor iklim, vegetasi, hidrologi, geologi, topografi, sosio-demografi, akses dari masing-masing area tersebut. Sehingga penghuni akan betah bertempat tinggal dan beraktivitas di Alam Sutera. Alam Sutera is not creating product but create life.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H