Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mencicipi Nasi Kalong di Bandung

6 Mei 2018   18:56 Diperbarui: 6 Mei 2018   19:12 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Nasi Kalong (dok. pribadi)

Bandung memang terkenal dengan kulinernya.  Ada siomay, cilok, martabak, brownies, dan aneka makanan lainnya.  Salah satunya adalah Nasi Kalong. Namanya nasi kalong karena berjualnya memang seperti kalong.  Kalong alias kelelawar 'kan hanya beraktivitas di malam hari alias nocturnal.  

 Begitu pula dengan Nasi Kalong di Bandung ini.  Mereka hanya berjualan saat malam hari.  Mulai jam 19.15 hingga 01.00, cocok buat makan malam.  Penggemar pun banyak.  Bahkan baru jam 18.00 sudah ada pelanggan yang nongkrong.    Lokasinya ada di jalan Letnan Laut Raden Eddy Martadinata No.102 (atau orang lebih mengenalnya sebagai Jalan Riau), Cihapit, Bandung Wetan, Kota Bandung.

Menunya beraneka ragam.  Sistemnya model prasmanan atau memilih makanan dan minuman sendiri, nanti tinggal bayar di kasir.   Menunya macam-macam.  Ada ayam madu, ayam suwir-suwir, rolade, otak-otak,  telur balado, tumis buncis bakar, atau udang tepung.  Nah yang saya suka adalah nasi merahnya.  

Kalau makan di sini selalu pesan nasi merah yang sudah jadi nasi unggu (karena saat  dibuat ditambah dengan kluwek).  Aroma khasnya buat selera makan meningkat. Kalau tidak biasa dengan nasi merah, tersedia nasi putih.  Meski sedikit lebih mahal dibandingkan makanan sejenisnya tapi worth it-lah.  Masih terjangkaulah.

Kalau lapar harus agak sabar karena harus antri untuk memesan makanan.  Bisa makan di tempat atau dibawa pulang.  Kalau makan di tempat konsepnya outdoor, makan sambil menikmati angin malam Kota Bandung.  Ahli hisap (alias perokok) punya kesempatan untuk menyalurkan hobinya.

Kadang kalau mau makan di  tempat kita tidak kebagian kursi.  Mau ngga mau makan di dalam mobil saja.  Dibawa pulang juga tetap enak kok.  Saya dari Jakarta naik travel.  Karena macet, mestinya sampai jam 9 malam justru molor jadi jam 11 malam.  Sampai rumah rasanya lapar banget.

"Pah, itu ada nasi kalong di meja makan. Belinya sih tadi jam 9-an.  Dipikir Papah sampai di rumah sesuai rencana."

"Iya, Mah.  Di tol dalam kota sampai Bekasi macet.  Mana Papah belum sempat makan malam."

"Ya, sudah.  Papah makan dulu, mandi, terus istirahat."

Menu nasi kalong malam itu nasi merah, udang tepung, dan tumis buncis bakar.  Makyus.  Pusing dan lelah saya mendadak hilang (mungkin karena memang sudah lapar kali ya...).   Tapi benar, rasanya tetap enak.  Buat anak kalong, coba makanlah makan di sini.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun