Mohon tunggu...
babymyani
babymyani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

A Farewell to Swan Valley: Margaret River Choc Factory

28 November 2010   03:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:14 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cokelat praline selalu mengingatkan aku pada lonceng gereja, jemaat yang saling berbisik curiga tentang toko yang baru dibuka, tatap mata berbinar-binar ke arah rak-rak kaca, gadis kecil berlari 'bagai benih dandelion tertiup angin', juga Pastor yang tertangkap basah mencuri cokelat menjelang Paskah. Yak, ngga sala lagi.Chocolate, tentu saja. Sampai sekarang aku belum lihat film yang masuk nominasi Oscar itu, tapi selalu ingin baca novelnya lagi.

Meski ngga suka cokelat karena rasanya selalu manis, dan jejaknya yang selalu ninggalin rasa gatal dan panas di tenggorokan, cokelat selalu jadi oleh2 yang paling praktis untuk dibawa tiap kali mudik. Alasannya? Pertama, gampang carinya. Coklat di jual dimana mana. Kedua, selalu diterima dengan senang hati. Ketiga, hemat merata. Hehehe. Apalagi bisa di cuwil, trus bilang, "could you take one and pass the rest to the other, please". Haahah...pailiit dotcom. Terakhir, jatuhnya murah. Murah? Iyak betul sodara, karena supermarket besar di Perth macam Coles, Woolworths, Crazy Clark sampai IGA yang ngga gitu besarpun demen men-diskon coklat2 blok baik Toblerone, Lindt, Guylian, bahkan Ferrero yang mahil itu. Juga coklat Cadbury blok aneka varieties tentu saja. Lahhh...Cadbury? Bukannya di Indonesia juga banyak? Menurut temen Aussie yang pecinta berat coklat sih, ada bedanya! Coklat Cadbury di Indonesia menggunakan susu powder, sedang yang di Aussie pakai susu full cream. Juga tingkat kemanisannya berbeda. Mana yang lebih enak? Tergantung selera. Lidahku sih ngga bisa bedain, kecuali kalo bedain antara Cadbury yang blok keras dengan yang coklat lembut dikemas bungkus individual itu. Pemenangnya? Yang lembut dooongg.... Kayak cewek ya? Yang berwajah lembut kayak aku gini, juga banyak disuka. Ehm. Oke. Balik ke cewek coklat cantik. Dimana dapetnya? Ada satu rumah pembuat coklat yang asik banget  di Swan Valley, cuma kira2 setengah jam berkendara dari Perth city. Swan Valley ini sebenarnya lebih beken dengan winery berkualitas di samping Margaret River, tentu saja. Tapi Margaret River kan jauuuhh di selatan, ato di bawah Perth dalam peta. Margaret River Chocolate Factory sebenarnya juga bermula di daerah Margaret River yang selatan itu. Baru tahun 2001 perusahaan ekspansi ke Perth untuk meraih pasar yang lebih besar. Dan untuk pengunjung, MRCF ngga segan untuk kasih tester di tiga dulang dengan dark, white dan milk chocolate. Cuma, tester yang di kasih basic banget: cokelat keping, dan bukan yang cantik2 ituuuww. Boleh ambil sesukanya sih. Buat yang suka, bisa bolak balik sendokin, ngemil sambil cuci mata. Hihihi... Rasanya? Bahkan aku yang ngga suka cokelat pun bilang "enaakkk". Harganya? Bahkan aku yang ngga suka cokelat pun bilang "mahaaaall". Heheheh. Iyah, mahal. Tapi sebanding dengan kualitas. Selain coklat, juga ada chutney. Apaan tuh? Ini keknya asal muasal dari India. Bentuknya persis sambal, dibuat dari buah atau sayuran ditambah dengan biji mustard, bawang bombay dan mungkin cuka atau air jeruk, kemudian dimasak sampai sari buahnya keluar. Setauku chutney biasa dijodohkan dengan roti-roti tanpa ragi, macam pita bread, roti jala atopun roti maryam . Bisa juga dimakan dengan ayam bakar. Kalo di Indo sih aku tahu ada chutney mangga ato tomat. Di MRCF ada tester chutney juga. Enak. Trus, di sini juga ada madu, jam, pickles dan olive oil. Sebangsa-nya itu lah. Aku cuma beli 1 blok dark chocolate rasa chilli (ha, pedes dong) dengan kandungan 60% dark choc. Berat 100 gram harga AUD $6.95. Pengin beli juga? Ayo, dipilih, dipilih Sist. Hehehhe..

Nahhh...kalo ada yang suka nyebelin  bilang "makan tu cinta" wahahhaa..mestinya dia kasih kado ini dong. (bersambung ke cerita wine tasting ya)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun