Mohon tunggu...
babymyani
babymyani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

A Farewell to Swan Valley: A Warm Day at the Winery

28 November 2010   22:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:13 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh sebelum pemilik coklat lezat MRCF membuka gerai sekaligus pabriknya di Swan Valley, daerah ini sudah terkenal sebagai penghasil wine, semenjak 180 tahun lampau, tertua di Western Australia. Local specialties mereka ada 3 jenis: Verdelho, Shiraz dan Fortifieds.

Bagi para pecinta anggur berkualitas *bukan yang cap orang lansia itu*, Swan Valley jelas merupakan a-must-to-visit trail. Cakep. Layaknya Ubud yang penuh dengan galeri dan kafe, Swan Valley juga menderet atraksi yang sama, tambah wineries-breweries-distilleries (bedanya apa sih?) dengan imbuhan free-tasting. Tour operator hampir selalu memasukkan paket makan siang di salah satu dari sekian banyak wineries di Swan Valley, terutama di musim panas.

Kebun anggur pertama yang aku inget tentu cuma ada di film. Hihihi.

Ingat A Walk in the Cloud-nya Keanu Reeves?

Ingat adegan di kereta, ketika Keanu Reeves 'dibajak' jadi tunangan gadis yang pulang kampung? Karena ngga punya cincin,  foil emas pembungkus coklat pun dipilin melingkar sebagai cincin tunangan tipuan. Tuh kan. Sebotol anggur, sekotak cokelat, seikat mawar, dan selembar cheque........ disiram pendar lilin dan alunan saksofone Kenny G. Haiyahhhh....!!! *ini khayalan bebas, bukan cerita dari pilemnya* Soal A-walk-in-the-cloud entah bagaimana cerita lengkapnya. Lupa total. Pilem jaman baheula bangets. Tapi aku masih ingat adegan ketika ladang anggur keluarga cewek kampung ini kena badai udara dingin sehingga perlu dihangatkan dengan api unggun dan semua orang mengipaskan udara panas. Klimaksnya tentu saja ketika terjadi kehebohan waktu ladang anggur justru terbakar.

Vineyard, Swan Valley,  Winter 2010

Anehnya, yang ada dikepalaku, anggur  identik dengan musim dingin. Padahal ladang anggur butuh suhu panas dan buahnya baru muncul di awal summer begini. Ketika kemarin 26 November aku ke vineyard itu, udara cukup menyengat di kisaran 33 derajat celci. Buah anggur muda bergerombol di sela-sela daun. Kelihatan sehat dan bagus kualitasnya. Sejauh mata memandang, pohon-pohon anggur setinggi satu setengah meter terlihat  bersih dan rapi.

Vineyard, Swan Valley, Early Summer 2010

Kami memutuskan berbelok ke salah satu winery. Tanya kenapa...!!!

Seorang gadis cantik dan berkaus merah terlihat sibuk menerangkan macam anggur produknya kepada serombongan pengunjung., sedang partner kerjanya, cowok berkemeja putih garis itu menyapa kami.

"Hey mate, can I help you?"

Kami bilang baru ingin mengagumi kebunnya yang indah. Dia menawarkan sampel anggur putih, yang di-iya-kan oleh teman2ku. "Are you above 20?",

Dia menatap yang termuda diantara kami berlima. Yang ditanya malah kebingungan. Dia baru dua bulang datang dari Taiwan dengan Working-holiday visa. "She's just graduated from college," I said. Si cowok tersenyum. "I'll give you four, and you can taste a little from your friend, okay?"

Empat untuk kami berlima. "But I don't drink, thank you so much," jawabku. "You're very polite." Dia beranjak dan si gadis berbaju merah mengeluarkan tiga gelas berkaki  dan menuangkan sedikit anggur putih di masing2 gelas. Salah satu yang terbaik, seingatku dia menyebut entah Shiraz atau Merlott, dan cocok untuk gadis2, katanya. Iyyalaahhh. Dia menerangkan jenisnya tapi aku ngga gitu merhatiin. Iris dan Phoebe bilang anggur putihnya manis dan enak. Tasting berikutnya, anggur  merah. Yang ini sebaiknya diminum dingin. Sekotak kecil es batu dikeluarkan, sedikit anggur merah dituangkan, empat potong tipis keju disajikan. Wine and cheese tasting.

Iris menyesap anggurnya.

"Whaaow...!" Dia menjerit kecil. Matanya mengerjap-ngerjap. "It's so strong!" Kami tertawa. Aku cuma ikut mencicip cheese-nya. Enak, ngga terlalu asin.

Setelah sesi foto2, kami meninggalkan winery. Sempat mampir juga ke kebun yang lain, tapi hanya numpang foto2 saja. Turis, ghetu lohh...hehehehe

Sempat mampir juga di coffee shop, numpang menghirup wangi kopi2 Itali yang sangat unik. Sedap! Dan sekali lagi, numpang foto, di Cape Lavender. Semacam coffee shop juga, dengan dekorasi serba unjuuu. Di sini aku dapati semua barang beraroma, dan berasa, lavender. Bahkan madu dan selai raspberry yang aku cicip juga berasa lavender! Produk lainnya, kayak body lotion, hand cream, facial cram atopun fragrances jangan tanya lagi. Lavender bangeet. Harum semriwing....!! Nyamuk ngga bakalan berani dekat-dekat. Hehehehhe...

And that's the end of the story. Good bye Swan Valley, Perth's Valley of Taste. Entah kapan bisa berkunjung  lagi. Perth, November 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun