Mendapat inspirasi dari catatan perjalanan Pak OKI dan Pak Sabri Rasyid, aku ikutan membuat rekaman tentang apa yang aku lihat dari kursi di belakang driver. Mohon tinggalkan komentar apabila anda berkenan.
-------
Duduk di kereta yang membawaku ke Perth CBD, aku cuma bisa bengong memperhatikan kanan kiri karena lupa memasukkan buku bacaan kedalam tas. Sepi. Hanya ada kurang dari 10 penumpang di gerbong yang aku duduki. Minggu siang begini kereta memang selalu sepi.  Aha, mata terantuk  pada frame baru yang digantung dekat pintu; sebait tulisan lucu:
Little Miss Shaw
Sat on the floor
List’ning to Guns ‘n’ Roses
A couple passed her by
They’re tripped by her thigh
And ended up on breaking their noses.
Dibawah tulisan yang dicetak mirip buku kanak-kanak - lengkap dengan gambar kartun little Miss Shaw dan gambar sepasang kakek nenek terjungkal kesandung kaki Miss Shaw yang terjulur menghalangi lorong -Â ada peringatan kecil2:
Every passenger deserves the right to have a comfortable journey.
Lain ketika, dalam perjalanan  ke kampus, frame yang serupa aku temukan di bus, tepat di belakang driver. Begini bunyinya:
Humpty Dumpty run for the bus
Humpty Dumpty caused a great fuss
All passengers were forced to wait
Now thanks to Humpty, everybody was running late
Lagi-lagi ada gambar kartun si Humpty – pria gendut bertongkat dan berjas tengah lari mengejar bus dengan mengepit tas kerja – yag disertai dengan tulisan kecil2 agar calon penumpang datang tepat waktu agar ngga ketinggalan bis.
Alih alih membuat tulisan besar-besar : DILARANG DUDUK DI LANTAI atau ANDA TERLAMBAT KAMI PECAT (hoo….hoo…), himbauan untuk publik disampaikan dengan cara yang fun, berseni, dan membuat bibir menarik segaris senyum.
Lalu bagaimana dengan nasib himbauan  yang konvensional? Tampaknya pihak Transperth selaku pengelola transportasi publik di WA memang sengaja menggunakan 2 pendekatan sekaligus untuk mengingatkan publik akan tatacara menjadi penumpang yang baik. Pantun Miss Shaw dan Humpty Dumpty merupakan  salah satu contoh bagaimana Transperth menyadari bahwa anak-anak perlu diberitahu melalui cara yang sesuai dengan cara belajar mereka. Sementara bagi mereka yang tidak kanak-kanak lagi, tulisan konvensional tetap perlu dipasang.
Efektifkah? Saya tertarik untuk melakukan riset tentang pilihan bahasa berima seperti ini, suatu saat nanti. (hiks). Tapi kalo itu tidak efektif, tidak mungkin pula cara demikian akan tetap dipakai untuk menyampaikan himbauan pada publik.
Sekarang sih, aku tidak bermimpi untuk melihat Miss Shaw dan Humpty Dumpty di pasang didalam bis Kopata atau Aspada-nya Yogyaku, tapi bagaimana kalau  di ruang-ruang tunggu, kita ubah himbauan keras dengan pantun-pantun yang gampang diingat?  Asal jangan jaka sembung aja yaa…..
Mutiara dalam lautan, cenderawasih burung Irian
Siapa datang tinggalin pesan, Baby kasih hadiah senyuman….
Bagaimana... :-)Â ??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H