Mohon tunggu...
babymyani
babymyani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Tersisa dari Lebaran 2010 di Perth (4-Selesai)

16 September 2010   09:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta lontong opor masih berlanjut di hari kedua Idul Fitri. Kali ini host-nya Konsulat Jenderal Indonesia untuk WA. Bertempat di Wisma Indonesia di Applecross, Pak Konjen dan Ibu yang cantiiik banget ramah menyambut warga Indonesia yang memadati kebun belakang kediamannya. Kalo teman-teman Indonesia di Tokyo mengagumi kecantikan ibu Dubes mereka yang baru,Bianca Adinegoro, yang mantan model ketika aku masih suka baca2 majalah remaja …belasan tahun lalu *wuikkss…ketahuan ni, aku-nya udah tuwiirr..* maka yang di Perth juga punya bu Konjen yang tinggi semampai. Mantan model juga ya??

Usai salam-salaman, mulai deh aku mengekor antrian yang ketika kami datang masih belum seberapa panjang. Samar2 tercium harum kaldu yang sangat kurindu. Haaaa….unmistakable aroma of baksoooo….!!! Ngantrilah aku di stall bakso. Melihat pentol-nya yang bulet2 polos berenang di kaldu yang mengepulkan uap panas, aduh duh, rasanya pengin mendekap panci sekompor-kompornya. Uh…kangen banget! Isi mangkok dengan sedikit bihun, irisan seledri, sambal dan bawang goreng, trus tuang kaldu dan tiga butir bakso. Jangan banyak2!Antrian belakang masih panjang euy….Menikmati bakso sambil hahahihi sana sini. Alhamdulillah. Sedap!

Masih lapar, tentu saja. 3 butir bakso mana mungkin bikin kenyang. Usai menandaskan isi mangkok (pstt, mangkoknya kecil!), dan menyapa teman2 sambil berucap maaf, aku dan dr. Fahmi mulai ngantri ronde kedua nih. Dr. Fahmi ini barusan berduka cita karena ditinggal mati oleh…… sel-sel yang udah disiapkan di lab karena kesalahan cairan. Yah, semoga arwah sel-sel itu diterima disisinya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Begitu doa salah satu teman Habib Fahmi di facebook.

Balik ke meja pesta. Ada mi kuning ditata bersanding dengan tahu dan potongan bakwan tanpa udang serta kol putih. Gosipnya tadi, ada yang bilang itu siomay. Loh, siomay kok ada mi-nya. Setelah deket, ohh..ada salad buah dengan dressing kacang, juga kaldu cair warna coklat yang berbumbu kacang juga, panas mendidih diatas pemanas kecil di meja. Kuambil tahu dan bakwan, trus disiram dengan bumbu kacang encer. Rasanya sedikit asam, ya..ternyata memang ada asam serit dan aroma daun salam yang kuat. Hmm..opo yo iki? Belakangan ada yang bilang itu ‘maksud dan tujuannya’ adalah bikin tahu gimbal. Lohhh…kok beda dengan tahu gimbal yang aku kenal di Semarang? Tapi enak juga kok :-)

Makinsiang, antrian kian panjang. Jadi niat mendekati meja buffet utama terpaksa aku urungkan. Melirik piring mbak sebelah yang sudah lepas dari deret pengantri sih, ada potongan daging kambing, telur bumbu merah, opor ayam dan kerupuk. Sutra-lah. Kemarin toh udah maem ketupat dan ubo-rampe. Jadi aku memilih bersalam-salaman aja, ngobras-ngobras, trus duduk di sudut tenda, cuci mata ngeliatin orang-orang berbaju bagus; dari anak-anak undergraduate yang keren-keren dengan baju full-pressed body sampai dengan ibu-ibu Indonesia berkebaya yang menikah dengan warga Australia.

Eh, Sulfah my friend yang selalu bersamaku itu kemana ya?

Sulfah memang membatalkan rencana ikut open house karena pengin benar2 punya private time dengan Shafwan, si anak semata wayang. Keputusan yang tepat, karena Shafwan tampaknya kehilanganexcitement khas anak2 ketika menunggu hari Lebaran. Ini memang tantangan buat ortu yang bawa anak ke luar negeri, dimana kemeriahan puasa dan Lebaran absen sama sekali. Ya. Sulit untuk mengajarkan kepada anak-anak betapa mulianya bulan Ramadhan dan betapa indahnya bulan Syawal sementara lingkungan sehari-hari tidak memperlihatkan semangat yang sama.

Pasti banyak orang tua yang prihatin ngeliat anak2 kok menganggap puasa dan lebaran ‘biasa-biasa ajah’, sama sekali tidak istimewa. Sehari sebelum Lebaran, Shafwan sudah mencoba nego dengan ibunya, bisakah dia bolos ikut sholat karena sekolah akan adakan kuis berhadiah 1 dolar!

Sebagai orang yang menghabiskan nyaris seluruh Lebaran dan puasa di Indonesia, dan teringat betapa menyenangkannya menunggu hari raya, permintaan Shafwan tentu membuat kami sedih. Maka Sulfah pun gerak cepat dengan mendampingi Shafwan 2 hari penuh, mengajak berenang, pergi makan, beli mainan dan sebagai reward-nya, Shafwan pun berkicau : “You are the best mom ever. You know that? This is the best Lebaran day!”

Happy Eid MubarakSulfah dan Shafwan, Met Lebaran teman2. Semua kata maaf diterima, dan aku minta maaf juga untuk segala khilaf dan kata yang salah ucap.

Minal Aidin wal Faidzin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun