Sikap membanding-bandingkan sering dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap membanding-bandingkan tumbuh ketika seseorang beranggapan bahwa dirinya adalah yang ”ter-” atau ”paling”. Jika sikap membandingkan terus dipupuk, suatu saat akan mengakibatkan orang berubah menjadi angkuh dan menganggap remah orang lain, karena menganggap dirinya yang terbaik atau paling hebat.
Membandingkan diri dengan orang lain merupakan awal tercipta-nya kegelisahan yang luar biasa dasyat dalam hati manusia. Akibatnya, hidup akan selalu dilanda kegelisahan. Orang akan kehilangan konsentrasi dalam melakukan usahanya atau menyelesaikan pekerjaan karena ia kehilangan kendali atas dirinya. Oleh karena itu, apa pun yang dilakukannya, tidak sesuai dengan porsi-nya.
Ketika orang membandingkan dirinya lalu menganggap dirinya ”ter-” atau ”paling”, ia cenderung tidak mendengar, karena telah menganggap dirinya lebih dari orang lain. Oleh karena itu, ia akan tetap mempertahankan status ”ter-” dan ”paling”-nya. Padahal, untuk mengubah pola pikir dan pola kerja, seseorang dituntut untuk mendengarkan masukan positif dari berbagai pihak, yang kemudian disaring untuk memilih yang pantas untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mendengarkan, seseorang akan lebih cepat mencapai keberhasilan.
Mempertahankan status ”ter” dan ”paling” adalah kekeliruan yang sangat fatal. Mengapa dikatakan fatal? Karena, saat seseorang terus mempertahankan statusnya, ia lantas menutup diri untuk belajar dari luar, selain dirinya. Nyatanya, untuk mencapai puncak suatu keberhasilan, orang dituntut untuk terus belajar dari berbagai sumber, baik dari pengalaman orang lain atau sumber lain. Namun, karena orang telah menganggap dirinya sebagai ”ter-”, ia pun enggan untuk belajar dari sumber lain dengan berbagai macam alasan.
Di sinilah awal dari kegagalan. Untuk mencapai keberhasilan, orang harus selalu membuka diri terhadap lingkungan agar dapat terus belajar. Dengan cara itulah, keberhasilan pasti bisa diraih.
Bagaimana dengan Anda. Apakah Anda masih mempertahankan status ”ter-” atau ”paling”? Ataukah Anda sedang berusaha untuk tidak mempertahankan status Anda? Jika Anda sedang berusaha untuk tidak mempertahankan status tersebut, saya ucapkan selamat. Anda telah maju selangka ke depan untuk mencapai puncak keberhasilan.
Bagi Anda yang masih terus menikmati zona yaman dengan status ”ter-” dan ”paling”, sudah saatnya bagi Anda untuk membenahi sikap dan pola pikir Anda.Sadarilah bahwa, status tersebut hanya memberi kenikmatan sesaat saja. Dalam waktu dekat, status tersebut akan menyeret Anda, lalu melemparkan Anda ke dalam zona yang lebih mengerikan! Zona yang Anda tempati saat ini, hanya penampungan sementara. Sebentar lagi, status ”ter-” dan ”paling” akan menggiring Anda memasuki zona kegagalan yang abadi.
Janganlah menganggap diri sendiri sebagai yang ”ter-”. Bukalah diri terhadap dunia sekeliling Anda, dan dengarkan beragam masukan positif dari luar. Dengan demikian, Anda akan menemukan suatu ide yang dapat dikembangkan, lalu menuntun Anda menuju suatu keberhasilan. Bersedialah selalu untuk belajar dari dunia sekitar, karena sesungguhnya manusia banyak tahu, tetapi masih banyak yang belum diketahui. Untuk mengetahui segala sesuatu, Anda harus bersedia belajar dari mana pun, apa pun dan siapa pun. Pada akhirnya, cepat atau lambat, Anda akan mengalami perubahan yang sangat berarti.
Jika Anda tidak ingin di lempar masuk ke dalam zona kegagalan yang abadi, benahi sikap dan singsingkan lengan baju Anda, lalu kumpulkan seluruh kekuatan yang Anda miliki untuk menghadapi status ”paling”. Buatlah perhitungan dengan mereka. Kalahkan mereka, lalu telusuri kembali jalan menuju puncak keberhasilan. Memang, sepanjang jalan, Anda harus menyingkirkan ketakutan yang selalu menunggu. Anda harus memberantas takut gagal. Dan, suatu ketika, Anda akan sampai pada tempat tujuan yang bernama ”Keberhasilan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H