(Catatan untuk Garuda Airlines dan Seluruh Maskapai di Tanah Air)
Pulang pergi Ende saya naik pesawat yang sama. Garuda. Dari Kupang, saya merasa nyaman. Dari Ende justru terjadi sedikit masalah. Terjadi pertengkaran seru dengan petugas bandara dan pramugara di dalam pesawat.
Ceritanya demikian. Teman seperjalan minta saya duduk di kursi dekat jendela. Saya pun sepakat. Karena saya bisa memandang keluar jendela. Tiba-tiba petugas bandara datang. Pertama ia meminta tas saya untuk diletakan di bagasi. Saya protes dan bertanya mengapa harus diletakan di bagasi. Bukannya tas saya bisa diletakan cabin? Petugas bandara tidak bergeming. Kemudian ia sisipkan tas saya di cabin yang sudah penuh sesak oleh tas penumpang lain.
Kedua, petugas yang sama meminta saya pindah posisi duduk. Dari kursi dekat jendela ke kursi dekat lorong. Lagi, saya protes. Petugas tersebut tidak menjawab. Hingga dua kali ia meminta saya pindah tempat duduk, tetapi saya bersikukuh pada posisi semula. Ia lalu memanggil pramugra. Permintaan yang sama. Teman saya bilang tidak apa-apa, dia teman saya. Sang pramugari menimpalinya.
"Ini bukan soal teman atau bukan, tetapi standar keselamatan. Jika terjadi keadaan darurat, bapak ini yang kami dahulukan evakuasi."
Nah, ini yang buat saya agak kesal dan membalasnya.
"Bicara prosedur seharusnya kalian lakukan dari awal. Saya seharusnya mendapat pelayanan khusus. Kenyataannya, saya tidak menjadi skala prioritas. Saya justru orang terakhir yang meninggalkan ruang tunggu. Petugas di sekitar ruang tunggu pun tidak peduli dengan saya. Saya tidak menuntut perlakuan khusus. Saya ngotot karena kalian bicara standar dan prosedur keselamatan.Biar kalian tahu saya bukan baru kali ini naik pesawat. Jangankan penerbangan domestik, saya sudah mengalami penerbangan internasional berulang kali." Timpal saya.
Petugas bandara dan pramugara tidak berkutik. Pramugara balik ke belakang sedangkan petugas bandara tetap berdiri.
"Kalau begitu saya ambil tongkat bapak. Kami letakan di belakang." Kata petugas itu.
"Silahkan. Tidak masalah." Balas saya.
Saya taat prosedur. Tetapi saya juga bisa melawan jika prosedur itu tidak dijalankan sejak awal. Alasan pindahkan saya ke kursi dekat lorong 'kurang' masuk akal. Demi keamanan, seharusnya saya duduk di kursi dekat pintu keluar darurat. Itu lebih tepat. Lebih dekat ke pintu keluar.