KAU adalah bumi
Putramu dikandung,
dilahirkan, dan
berpijak
KAU adalah bulan
Bercahaya menyingkap gelap gulita hidup,
menuntun langkah kaki, dan
mengusir kelam kehidupan yang mendekat
KAU adalah matahari
Yang mendekap hangat hidup,
mengalirkan energi dalam darah, dan
menggelorakan semangat perjuangan buah rahimmu
KAU adalah rubiah
Yang senantiasa menguntai kontas dan berdoa
Sepanjang benih cintamu berjalan
Setiap katamu terucap-bertuah
Terselip doa yang meneguhkan
Bukti cintamu yang tak berkesudahan
Ibu,
Dalam doamu, KAU dekap erat putramu
Kata terima kasihku tak cukup membalas budimu
Doaku selalu mengalir laksana angin yang senantiasa berhembus
Dimana putramu berada, namamu terpancang di dada
Cintamu terpatri di hati sanubari putramu
Kupang, 13 April 2012
*) Kupersembahkan untuk ibunda tercinta di saat hari ulang tahunku ini. Atas nama cinta, kudedikasikan untuknya. Dalam doanya, aku didekapnya erat-erat oleh cintanya yang tidak pernah padam).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H