Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tenun Telepoi: Simbol Budaya Suku Rendu Nagekeo di Flores NTT

28 Oktober 2023   14:24 Diperbarui: 30 Oktober 2023   00:46 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karolina Andus (47), perajin tenun, mendemonstrasikan kemampuannya menenun dalam pameran produk UMKM di obyek wisata Goa Batu Cermin, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Sabtu (6/5/2023). Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Suku Rendu adalah salah satu suku yang mendiami Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam kehidupan sehari-hari mereka, suku ini memiliki kebiasaan menenun yang telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi mereka. Tenun Telopoi adalah salah satu jenis tenun khas suku Rendu yang memiliki makna dan simbol yang mendalam. 

Sejak zaman dulu, wanita suku Rendu telah mempraktikkan tradisi menenun. Mereka biasanya menenun di bawah kolong rumah, di tempat yang dekat dan teduh. Namun, ada beberapa aturan yang harus mereka patuhi. 

Selama masa-masa pamali atau berpantang, para wanita Rendu tidak diperbolehkan menenun. Mereka juga tidak boleh menenun selama ritual adat, terutama saat ritual berburu adat. Konsekuensi melanggar aturan ini bisa sangat serius, seperti mengalami celaka hebat saat berburu.

Kain-kain yang ditenun oleh wanita Rendu memiliki berbagai fungsi. Sebagian digunakan untuk keperluan adat, sementara sebagian lainnya dijual di rumah atau di pasar. 

Kain-kain ini biasanya memiliki pola-pola yang indah dan warna yang menarik. Namun, pada awalnya, tenunan suku Rendu hanya berwarna putih. Hal ini disebabkan karena mereka hanya mampu menenun dengan menggunakan kapas berwarna putih.

Namun, dalam perkembangan kehidupan mereka, wanita-wanita Rendu ingin agar tenunan mereka memiliki warna yang lebih beragam. Ketika mereka sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka, mereka tertarik dengan warna telur belalang. Warna ini akhirnya menjadi awal mula dari Tenun Telopoi yang kita kenal saat ini. Kata "telopoi" sendiri memiliki arti "telur belalang". 

Para gadis dalam balutan kain tenun Telepoi Suku Rendu (Foto: Eddy Due)
Para gadis dalam balutan kain tenun Telepoi Suku Rendu (Foto: Eddy Due)

Pada awalnya, Tenun Telopoi hanya digunakan khusus untuk ritual-ritual adat, bukan sebagai pakaian sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, Tenun Telopoi mulai digunakan oleh suku Rendu dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menjadi ciri khas dari budaya mereka.

Proses pembuatan Tenun Telopoi tidaklah mudah. Pertama-tama, kapas yang digunakan harus dipanen dan dipisah dari benangnya. Setelah itu, benang-benang tersebut akan diwarnai dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sekitar. 

Pewarna alami ini memberikan keindahan yang alami pada Tenun Telopoi. Selanjutnya, benang-benang yang telah diwarnai akan ditenun menjadi kain-kain yang memukau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun