Dari Ikan Foti, Baun tak jauh lagi. Membutuhkan waktu 15 menit. Perjalanan pun dilanjutkan. Setiba di jantung Baun -- perempatan dekat Puskesmas Baun dan Pasar Baun, Bruno menerobos ke arah hutan tropis yang lebat. Segala jenis tumbuhan Anda bisa jumpai di sini. Saya sempat bertanya.
Bruno melakukan live event yang disaksikan oleh Ocha dan Yonas (Foto: Dok. Pribadi)
"Ame, kita kemana  nih?"
"Santai, sa."
"Tak jadi ke Rumah Makan Se'i nih?"
Ia belum sempat menjawab, mata saya tertuju pada sebuah papan nama yang bertuliskan "Air Baun".
"Kita ke Air Baun."
Jalan ke tempat ini cukup terjalan. Ruas jalan tak beraspal. Butuh kehati-hatian. Kami memarkir kendaraan 50 meter dari sumber mata air. Kami berjalan kaki. Menuruni jalan setapak  menuju kolam Baun.
Kelapa unik di mata air Baun, Kabupaten Kupang, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Sepasang suami-istri sedang mandi di pancuran yang berada di gedung pemompa air. Tak peduli dengan keberadaan mereka, kami terus melangkah ke pancuran lainnya yang letaknya dekat kolam yang tak berisi air lagi. Ternyata, ada juga pengunjung lain, sekitar 4-5 orang. Saat kami turun tangga alam, mereka bergerak pulang.
Terdapat 2 buah pancuran yang terbuat dari pipa besar. Sepintas dari arah belakang, pipa-pipa ini seperti moncong meriam. Air sangat bening. Sejuk. Tiada berhenti mengalir. Saya membasuh muka dengan air yang keluar dari pancuran pipa. Yonas, Ocha dan Bruno menyusul dan melakukan hal yang sama.
Tak kalah menariknya, ada sesuatu yang unik di tempat ini, yakni sebuah pohon kelapa yang tumbuh membentuk huruf L. Tumbuh secara horisontal sepanjang 4-5 meter, lalu tumbuh secara vertikal. Di batang kelapa tersebut tertempel pesan peringatan bagi penjunjung, "HANYA MONYET YANG BUANG SAMPAH DI SINI -- BETA NTT."
Air Baun, pilihan lain yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung Baun. Ketika motor yang saya tumpangi menuruni jalan terjal ke sumber mata air, saya membathin, "Ternyata, Baun tak hanya miliki Se'i. Masih banyak pesona lain yang memanjakan mata petualang."
Lihat Trip Selengkapnya