Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anggota DPRD DKI Jakarta Sesat ETIKA

10 Maret 2015   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:52 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Suatu siang, tugas saya membersihkan rumah Nathan. Seorang teman warga Australia keturunan ikut bantu. Sebut saja namanya John. Hari itu giliran saya. Kami bertiga; Arif, Eka, dan saya (penghuni lantai dasar) sudah membagi jadwal tugas. Kecuali John, ia belum diberi jadwal karena ia baru masuk ke rumah tersebut.

Hari itu pula menjadi puncak percekcokan antara kami dan John. Masalahnya sederhana saja. Ia mendikte saya dan kawan-kawan dalam hal membersihkan rumah. Sebenarnya tidak masalah dengan soal tata cara membersihkan rumah. Satu semester berjalan, kami laksanakan aman-aman saja. Saya protes kepada John karena dia menyampaikan kepada saya dan meminta saya untuk melanjutkan pesannya kepada teman-teman.

“Please, talk to them in your language!” Kata John.

“John, you can talk directly to them. You can talk whatever you want. Moreover, they can understand english as well as you.” Timpal saya.

John tetap ngotot. Arif yang sedang duduk di  beranda depan dengar perdebatan kami di dapur.

“What’s up?” Tanya Arif dengan suara lantang.

Eka baru selesai mandi. Dengar perdebatan di luar, ia langsung keluar kamar.

Suasana menjadi panas. John tidak mau kalah. Kata-katanya kasar dan sedikit melecehkan Arif. Tangannya memegang garpu yang digunakan untuk membersihkan tungku listrik. Ia bahkan mengancam akan melemparkan Arif dengan garpu tersebut. Tapi John tidak melakukannya.

Perdebatan antara Arif dan John sangat seru. Kata-kata John sangat sarkastis. Padahal ia sahabat dekatnya Arif. Ia masuk ke rumah Nathan atas rekomendasi Arif.

Cerita di atas mengingatkan saya pada situasi kekisruhan antara anggota DPRD DKI dan Ahok. Tudingan tidak beretika ditujukan kepada Ahok. Karena kata-kata Ahok kasar (sebenarnya keras). Akumulasi perseteruan pun pecah pada momentum mediasi Ahok dan Anggota DPRD DKI.

Percekcokan kami dan John tidak sampai terjadi kontak fisik. Sebatas perang kata-kata. Mirip (tapi tidak sama!) seperti perang Ahok-anggota DPRD. Di sini, kita melihat hukum negara-negara barat,  kita bebas berkata kasar atau makian (tapi bukan kata-kata berbau rasis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun